iklan

JAMBIUPDATE.CO, - Penerapan bagasi berbayar oleh sejumlah maskapai penerbangan sudah berpengaruh ke sejumlah sektor. Bukan hanya membuat usaha travel lesu, tapi juga mengakibatkan penghasilan para porter di Bandara Syamsudin Noor turun drastis.Pendapatan buruh angkut barang di bandara menurun, karena sejak bagasi gratis dihapus pada 22 Januari 201, banyak penumpang yang mengurangi barang bawaan guna menekan biaya bagasi. Mereka pun tak meminta bantuan profesi pengangkut barang di areal bandara itu.

Seperti terlihat pada Kamis (31/1). Para pramuantar di Bandara Syamsudin Noor tampak menanti penumpang yang ingin menggunakan jasanya membawakan barang di depan terminal keberangkatan. Namun, hampir satu jam menunggu belum ada yang memanfaatkan jasa mereka.

"Biasanya setengah jam sudah ada penumpang yang datang minta bawakan barang. Tapi sekarang, kami harus menunggu dua sampai tiga jam baru ada," kata salah seorang porter, Abdul Muin.

Dia mengungkapkan, sejak penghapusan bagasi gratis diberlakukan pendapatan mereka menurun drastis. "Sebelumnya dalam sehari kami bisa membawakan barang penumpang lima sampai enam kali sehari. Tapi sekarang dapat dua saja sulit," ungkapnya.Dalam satu kali antar dia mengaku mematok biaya Rp20 ribu. Namun, terkadang ada penumpang yang memberi uang lebih."Sekarang setiap hari paling membawa pulang uang Rp50 ribu. Istri sampai tanya, kenapa akhir-akhir ini membawa pulang uang sedikit," ucap pria berusia 62 tahun ini.

Minimnya pendapatan terpaksa membuat warga Landasan Ulin, Banjarbaru ini harus mengirit pengeluaran untuk biaya rumah tangga. Sebab, menjadi porter di bandara dirinya harus membayar iuran Rp1,2 juta per bulan. "Kami mangkal di sini bayar. Tapi, pendapatan malah turun," keluhnya.

Nasib sama dialami buruh angkut lainnya bernama Agus, 43. Dia mengaku semenjak bagasi gratis maskapai milik Lion Air Group dihapus, kebutuhan rumah tangganya tak tercukupi.

"Saya menghidupi istri dan dua anak, sementara pendapatan saya sehari paling Rp50 ribu. Belum lagi harus bayar tempat setiap bulannya," ujarnya.

Dia mengungkapkan, selama belasan tahun bekerja menjadi porter di Bandara Syamsudin Noor, baru awal tahun ini dirinya kelimpungan mencari penumpang yang meminta bawakan barang. "Tahun ini paling parah. Biasanya, sehari saya bisa bawa uang Rp100 ribu sehari," ungkapnya.

Dia berharap, pemerintah dan maskapai dapat mengkaji kembali kebijakan bagasi berbayar. Sebab, membuat semua orang kesulitan. "Penumpang juga mengeluh, karena tidak bisa lagi membawa barang banyak," tuturnya.

Dia menuturkan, baru saja ada salah seorang penumpang yang memilih meninggalkan barangnya, lantaran tak ingin membayar bagasi.

"Biaya bagasinya Rp1 juta lebih. Dia terkejut. Lalu meminta sopir taksi mengantarkan barang-barang ke rumahnya," pungkasnya.

Seperti diketahui, Lion Air Group mengenakan biaya untuk bagasi penumpangnya. Kebijakan bagasi berbayar ini juga akan diberlakukan Citilink per 8 Februari 2019 mendatang. Anak perusahaan Garuda Indonesia ini terpaksa mengenakan bagasi berbayar untuk kelangsungan bisnis penerbangannya.

District Sales Manager Citilink Banjarmasin, Redemtus Pramono menginformasikan bagasi berbayar akan mulai diberlakukan sejak 8 Februari 2019 untuk penerbangan domestik. "Kalau yang issued tiket sebelum 8 Februari 2019, masih mendapatkan bagasi gratis 20 kilogram," kata Pramono.

Kebijakan bagasi berbayar diakuinya untuk menutupi makin besarnya biaya operasional. Dia pun berharap masyarakat bisa memaklumi kebijakan bagasi berbayar ini. (ris/ay/ran)


Sumber: jpnn.com

Berita Terkait



add images