iklan Para ilmuwan menemukan tanda-tanda kehidupan di salah satu pulau terbaru di dunia, hanya empat tahun setelah pulau itu muncul dari letusan gunung berapi (Sea Semester)
Para ilmuwan menemukan tanda-tanda kehidupan di salah satu pulau terbaru di dunia, hanya empat tahun setelah pulau itu muncul dari letusan gunung berapi (Sea Semester)

JAMBIUPDATE.CO, - Para ilmuwan menemukan tanda-tanda kehidupan di salah satu pulau terbaru di dunia, hanya empat tahun setelah pulau itu muncul dari letusan gunung berapi. Dilansir dari BBC pada Kamis (7/2), pulau yang bernama Hunga Tonga Hunga Ha apai itu terletak di Kerajaan Tonga.

Di pulau itu tumbuh tanaman berbunga merah muda, ditinggali burung-burung, termasuk burung hantu. Sebuah tim dari Asosiasi Pendidikan Laut dan NASA mengunjungi Pulau Hunga Tonga Hunga Ha apai pada bulan Oktober, setelah sebelumnya mengawasinya melalui pencitraan satelit.

Pulau Hunga Tonga Hunga Ha apai dinamai berdasarkan dua pulau tempat lahirnya pada Desember 2014 setelah gunung berapi bawah laut meletus, mengirimkan aliran uap, abu, dan batu ke udara. Ketika abu akhirnya mengendap, ia berinteraksi dengan air laut dan memadat. Sebulan kemudian, Pulau Hunga Tonga Hunga Ha apai terbentuk.

i¿¼Tetapi Slayback tidak optimistis setelah mengunjungi pulau itu. Ia mengatakan, pulau itu akan mengalami erosi lebih cepat dari yang diperkirakan (NASA)

Tidak jarang letusan gunung berapi bawah laut membentuk pulau-pulau kecil. Namun pulau-pulau itu biasanya memiliki masa hidup yang lebih pendek. Pulau Hunga Tonga Hunga Ha apai adalah satu dari tiga pulau yang muncul dalam 150 tahun terakhir, yang telah bertahan lebih dari beberapa bulan.

"Dalam kasus ini, abu tampaknya memiliki reaksi kimia dengan air laut yang memungkinkannya memadat lebih dari biasanya," kata Ahli Vulkanologi, Jess Phoenix kepada BBC.

Dia membandingkan pulau itu dengan Surtsey, sebuah pulau di Islandia yang dibentuk dengan cara yang sama di tahun 1960-an, dan masih ada sampai sekarang.

Peneliti NASA, Dan Slayback termasuk di antara mereka yang mengunjungi pulau itu pada Oktober. Dia menemukan lumpur tanah liat berwarna terang pada massa vulkanik, sesuatu yang membuatnya bingung.

"Kami tidak benar-benar tahu apa itu dan saya masih sedikit bingung dari mana asalnya," kata Slayback dalam posting-an di blog NASA baru-baru ini.

Menurut Phoenix, kehidupan hewan dan tumbuhan akan lebih mudah dijelaskan. "Sama sekali tidak mengejutkan kalau sebenarnya ada tumbuh-tumbuhan," katanya. "Kemungkinan tumbuhan itu terbawa oleh hewan, kemungkinan besar melalui kotoran burung dan tanah vulkanik cukup subur" ulasnya.

Hewan-hewan itu mungkin berasal dari pulau-pulau di sekitarnya. NASA telah memperkirakan pada 2017 bahwa pulau itu bisa bertahan antara enam dan 30 tahun.

Tetapi Slayback tidak optimistis setelah mengunjungi pulau itu. Ia mengatakan, pulau itu akan mengalami erosi lebih cepat dari yang diperkirakan.

Kami benar-benar punya waktu terbatas dengan Pulau Hunga TongaHunga Ha apai," kata Phoenix. Tampaknya hujan berdampak pada erosi. Jadi jika hujan lebat terus berlanjut, kemungkinan besar pulau itu hanya akan bertahan selama satu dekade atau lebih.

Editor : Dyah Ratna Meta Novia

Reporter : Dinda Lisna

 


Sumber: JawaPos.com

Berita Terkait



add images