iklan

JAMBIUPDATE.CO,  Tim juri lomba konstruksi jembatan antar SMA/SMK se-Indonesia tampak keheranan.

Itu terjadi saat master of ceremony (MC) memanggil nama MAN (Madrasah Aliyah Negeri) 3 Jombang untuk mempresentasikan karya mereka.Jadi, jurinya itu seperti ndak percaya.

Ternyata, ada juga ya peserta dari MAN, ucap Bagus Amrullah, guru sekaligus pengurus program kelas unggulan MAN 3 Jombang.

Dia saat itu bertugas mendampingi para santri mengikuti lomba yang diadakan di Lantai 6 Tunjungan Plaza Surabaya pada akhir Maret lalu.

Peserta lomba yang berjumlah 296 tim se-Indonesia itu memang didominasi siswa-siswi SMA maupun SMK. MAN 3 Jombang menjadi satu-satunya madrasah aliyah yang mengirimkan tim.

Namun, bukan berarti rombongan santri itu tidak bisa berbuat banyak. Di akhir acara, mereka malah sanggup meraih juara III. Alhamdulillah. Konstruksi jembatan anak-anak sanggup menahan beban 380 kg, ucap Bagus.

MAN 3 Jombang adalah satu dari 19 lembaga pendidikan di wilayah Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas. Dari 2.375 peserta didik yang terdaftar saat ini, semuanya berstatus santri.

Setiap hari setelah berkegiatan di sekolah, mereka kembali ke asrama masing-masing untuk mengikuti kegiatan keagamaan layaknya para santri di pesantren salaf lain. Yang pulang ke rumah hanya sedikit.

Sekitar 1 persen. Semuanya warga Jombang, ucap Sutrisno, kepala MAN 3 Jombang.

Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas memang menjadi salah satu bukti bahwa santri masa kini tidak hanya pandai mengaji dan membaca kitab. Para santri di pondok yang didirikan pada 1838 itu juga mampu bersaing di berbagai bidang keilmuan.

Mulai membuat robot, konstruksi jembatan, hingga menerbitkan buku secara komersial.

Cerita santri memenangi lomba di luar bidang keagamaan tingkat nasional maupun internasional tidak hanya terjadi sekali. November lalu, santri Tambakberas yang tergabung dalam tim robotik MTsN 3 Jombang juga sukses menjadi juara di ajang robotik internasional di Selangor, Malaysia.

Dari bidang literasi, santri-santri MAN 3 tahun lalu berhasil menyabet gelar juara pertama madrasah inovasi bidang literasi se-Jawa timur.

Hingga saat ini, komunitas baca madrasah tersebut mampu menelurkan tujuh buku, baik berupa novel, cerpen, maupun kumpulan puisi. Semuanya ditulis para santri dan diterbitkan secara komersial.

Target kami selanjutnya adalah menembus penerbit mayor. Sekarang sedang proses editing (buku terbaru), ucap Rialita Fithra Asmara, guru sekaligus ketua bidang literasi MAN 3 Jombang.

Sutrisno menjelaskan, sejak awal pihak pesantren mendukung penuh berbagai kegiatan santri di lembaga pendidikan masing-masing.

Sebab, hal itu bagian dari persiapan santri sebelum terjun ke masyarakat setelah lulus. Santri zaman sekarang harus mampu bersaing di kelas industri, ucapnya.

KH Wafiyul Ahdi, ketua umum Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, menyebutkan bahwa selama kegiatan tersebut bermanfaat, pihak pesantren akan mendukung sepenuhnya aktivitas santri di berbagai bidang.

Dia menambahkan, hanya ada satu batasan tegas yang diberikan terhadap berbagai aktivitas santri di madrasah masing-masing. Yakni, waktu berkegiatan.

Selama aktivitas sekolah tidak mengganggu kegiatan keagamaan di asrama masing-masing, pihak pesantren terus mendukung.

Kalau sudah di asrama, tidak bisa ditawar-tawar lagi. Harus steril dari teknologi. Itu demi menjaga tradisi keilmuan pesantren, ucap pria yang akrab dipanggil Gus Wafi itu.

Editor : Ilham Safutra

Reporter : (irr/c6/oni)


Sumber: JawaPos.com

Berita Terkait



add images