Ditanya soal berapa perhitungan total kerugian akibat Karhutla ini, Rudiansyah menyebut masih dalam pendataan. Dikarenakan status karhutla yang masih berlangsung. Nantinya jika memang tak diperpanjang pada 20 Oktober maka akan segera bisa dikalkulasikan.
‘‘Ini menyangkut dengan berapa anggaran negara yang sudah digunakan, karena data dari Pemprov dan BPBD belum mereka hitung keseluruhan,’‘ katanya.
Masih kata Rudiansyah berdasarkan observasi awal Walhi Jambi kerugian yang paling terdampak ada di Kabupaten Muaro Jambi. Ini karena kebakaran paling masif terjadi di daerah ini. ‘‘Ini jelas signifikan dampaknya, juga seperti di Kabupaten Tebo yang lahan konsesinya hancurkan lahan produktif seperti karet,’‘ sampainya.
Satu hal yang disayangkan Walhi untuk Provinsi Jambi adalah kurang responsifnya pencegahan yang dilakukan. Terlihat dari lambatnya status siaga darurat Karhutla yang ditetapkan ketimbang Provinsi yang memiliki sejarah karhutla parah. ‘‘Padahal BMKG sudah warning Januari 2019 tapi baru ditetapkan pada bulan Juli, artinya aspek pencegahan tak berlaku karena api keburu banyak, baru dipadamkan, seharusnyakan api baru muncul segera dipadamkan, dicegah harusnya,’‘ katanya.
‘‘Harus diinformasikan apa kebijakan pemerintah agar 2020 tak terjadi kejadian serupa, yakni evaluasi perusahaan yang tak becus lindungi wilayah konsesinya dari kebakaran, ini agar 2020 tak terjadi lagi bencana masyarakat ini,’‘ katanya. (aba)