iklan Sejumlah siswa mengikuti Ujian Berbasis Komuter (UNBK) di Sekolah Menengah Kejuruan Negri 50 Jakarta, Senin (25/3/2019). Peserta UNBK pada tahun ini meningkat menjadi 91 persen dari total peserta ujian nasional yang terdiri dari 1.515.986 peserta siswa SMK 13.305 Sekolah.
Sejumlah siswa mengikuti Ujian Berbasis Komuter (UNBK) di Sekolah Menengah Kejuruan Negri 50 Jakarta, Senin (25/3/2019). Peserta UNBK pada tahun ini meningkat menjadi 91 persen dari total peserta ujian nasional yang terdiri dari 1.515.986 peserta siswa SMK 13.305 Sekolah. (Faisal R Syam / FAJAR INDONESIA NETWORK.)

Pernyataan senada juga dilontarkan pemerhati pendidikan, Doni Koesoema. Menurutnya, konsep tiga hari belajar tidak cocok diterapkan pada saat ini. Sebab, jika anak hanya sekolah selama tiga hari, maka apa kegiatan anak dua hari lainnya.

“Pembenahan pendidikan bukan dengan mengurangi waktu sekolah, dari lima hari menjadi tiga hari,” ujar Doni.

Menurut Doni, sekolah tiga hari akan membuat waktu anak-anak akan terbuang sia-sia karena tidak ada aktivitas pembelajaran. Perbaikan pendidikan, lanjut dia, bukan berarti mengurangi waktu sekolah menjadi tiga hari.

“Supaya pendidikan itu baik, bukan berarti terus dikurangi tiga hari. Kalau cuma Senin, Selasa, Rabu, terus hari sisanya ngapain anak-anak itu,” katanya.

Doni juga mengatakan, bahwa belum pernah menemukan kebijakan seperti ini di negara-negara lain. Menurutnya, argumentasi Kak Seto ketika mengusulkan sekolah tiga hari tidak masuk akal dan tidak bisa dijadikan patokan secara nasional.

“Banyak kok sekolah-sekolah swasta yang menerapkan sekolah lima hari memiliki prestasi, baik akademik maupun akademik, lebih baik dibanding homeschooling. Homeschooling dia kan hanya satu dari puluhan ribu homeschooling di Indonesia. Masa hanya dari satu contoh lalu kemudian dipakai secara nasional,” tuturnya.

“Menurut saya argumentasinya tidak masuk akal, karena kalau sampelnya dari homeschooling saja tidak tepat dan sangat kecil,” sambungnya.

Sebelumnya, Kak Seto mengusulkan kepada Mendikbud Nadiem Makarim agar waktu sekolah dipersingkat dari lima hari menjadi tiga hari.

Kak Seto mencontohkan homeschooling miliknya, yang hanya belajar selama tiga hari. Pemotongan jam belajar disinyalir akan meningkatkan prestasi akademik dan nonakademik anak.

(der/fin)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images