Meski merupakan tokoh Jambi wilayah barat, hal ini tidak berpangaruh signifikan. Karena perilaku pemilih terkadang cendrung melihat figure. “Yang jelas bagaimana membentuk persepsi public, agar tidak budaya kedaerahan,”katanya.
Hanya saja kekurangan dari pasangan CE-Sukandar, lanjut Dori, keduanya tidak memiliki basis dukungan dari kalangan milenial. Hal ini berbeda dengan Al Haris ataupun Sy Fasha. “Sementara basis milenial ini sudah dimiliki Haris dan Fasha, kedunya memang konsen dengan itu,” jelasnya kepada jambiupdate.co.
Dari sisi dukungan Parpol, CE dan Sukandar selaku kader murni memiliki peluang besar mendapatkan dukungan Golkar. “Disisi lain CE yang dekat dengan NU mungkin juga bisa menarik PKB untuk mendukungnya nanti,” bebernya.
Sedangkan, Al Haris yang menggaet Abdullah Sani memiliki peluang besar mendapatkan perahu PDIP. Ini karena manan Wakil Walikota Jambi itu cukup militant sebagai kader banteng.
Abdullah Sani juga merupakan tokoh Jawa, selaku ketua paguyuban Wisnu Murti Provinsi Jambi. “Tapi perilaku politik dari etnik Jawa tidak konsisten dengan pilihan mereka meskipun punya calon sendiri. Beda perilaku dengan etnik bugis,” jelasnya.
Sementara itu, Citra Darminto, menyebutkan jika semua kandidat yang akan maju memiliki basis, minimal di daerah yang mereka pimpin. “CE-Sukandar memiliki basis rill, hanya saja kekuatan mereka di luar daerah kekuasaan mereka belum begitu kuat,” katanya kepada jambiupdate.co.
Dalam segi ketokohan, kata Citra, mereka juga belum banyak dikenal diluar dari basis mereka. “Jadi memang perlu kerja keras dalam mendongkrak dukungan nantinya,” jelasnya dosen Fisipol Unja tersebut.
Kelemahanya CE-Sukandar berasal dari partai yang sama. Ini kemungkinan memperkecil peluang duet keduanya untuk terwujud. “Tentu Golkar akan melakukan koalisi dengan partai lain atau kandidat lain diluar partai Golkar,” katanya.