iklan Petugas menyemprotkan cairan disinfektan di Kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, (26/3). Penyemprotan disinfektan tersebut untuk mencegah penyebaran virus corona (COVID-19) di area tersebut.
Petugas menyemprotkan cairan disinfektan di Kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, (26/3). Penyemprotan disinfektan tersebut untuk mencegah penyebaran virus corona (COVID-19) di area tersebut. (FAISAL R. SYAM / FAJAR INDONESIA NEWORK)

Tim peneliti Fakultas Farmasi lainnya, Dr Ika Puspita Sari, memaparkan virus Covid-19 memiliki lapisan dinding virus yang tersusun dari amplop glikoprotein yang membungkus RNA di bagian dalamnya. Supaya virus ini bisa mati maka dibutuhkan bahan yang mampu merusak amplop dan material di dalamnya. Amplop ini tidak akan hancur dengan air saja sehingga perlu bahan lain yakni alkohol atau srufaktan (sabun) sesuai saran WHO.

Lantas apakah ada bahan lain yang bisa menghancurkan virus Covid-19? Ika menjelaskan bahwa Enviromental Protection Agencies (EPA) telah merilis 351 sediaan yang dapat digunakan sebagai disinfektan untuk membunuh virus termasuk virus corona dengan waktu kontak yang efektif. “Salah satu sediaan yang dimaksud adalah etanol dengan konsentrasi minimal 60 persen. Dengan konsentrasi tersebut diketahui dapat melarutkan bagian apolar dari dinding virus sehingga virus akan rusak,” bebernya.

Selain itu, bahan golongan klorin (klorin dioksida, sodium hipoklorit, dan asam hipoklorit) bisa membunuh virus dengan jalan masuk menembus dinding virus dan akan merusak bagian dalam virus. Contoh sediaan lainnya adalah benzalkonium klorida yang termasuk dalam golongan surfaktan kationik yang saat ini banyak digunakan pada cairan disinfektan. Kendati begitu, kedua bahan ini mudah menguap sehingga berisiko mengganggu pernafasan jika terhirup.

“Ada juga hidrogen peroksida merupakan senyawa oksidator kuat yang bisa merusak dinding virus dan material di dalamnya. Namun, penggunaan berlebih akan mengakibatkan iritasi hingga kerusakan kulit,” terangnya.

Sementara Dekan Fakultas Farmasi, Prof Agung Endro Nugrohotidak menyarankan penyemprotan disinfektan langsung pada manusia dan makhluk hidup. Selain tidak efektif, hal itu dikhawatirkan akan mengganggu ekosistem. Pengunaan bilik (chamber) penyemprotan dengan disinfektan langsung pada manusia juga tidak disarankan, kecuali memakai cairan antiseptik yang sudah dipastikan aman dan melindungi bagian tubuh yang terbuka terhadap paparan.

“Untuk manusia, pencegahan terhadap penularan virus bisa dilakukan dengan sering mencuci tangan memakai sabun atau hand sanitizer, menjaga pola makan dan pola hidup sehat untuk menjaga imunitas,”tandasnya.

Menurutnya, penyemprotan disinfektan terhadap lingkungan juga perlu dipertimbangkan kembali. Penyemprotan dapat dilakukan dengan membatasi jumlah dan daerah yang disemprot. Misalnya, ruangan yang membutuhkan sterilitas di rumah sakit dan ruangan yang terdapat PDP.

“Cara terbaik menggunakan disinfektan adalah langsung mengelap/mengusap pada benda-benda yang diperkirakan rentan tertempel virus Cocud-19,”pungkasnya. (rls/fin/tgr)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images