iklan ILustrasi.
ILustrasi. (Net)

Kalaupun meleset, semoga di majalah TEMPO.

Ada doa tambahan: semoga jangan mendapat undian di harian PosKota. Yang terkenal sebagai spesialisasi berita kriminal.

Kompas dan TEMPO adalah bacaan saya setiap hari di Samarinda. Tiap habis maghrib saya ke agen koran: tidak sabar mendapat koran keesokan harinya.

Saya begitu mengidolakan wartawan-wartawan Kompas seperti Emmanuel Subangun dan Parakitri Simbolon. Saya hafal semua nama redaktur TEMPO dan wartawannya.

Nama seperti Salim Said, Syu'bah Asa, Putu Wijaya, George Yunus Adicondro hafal lengkap dengan foto wajah mereka. Apalagi unsur pimpinannya: saya dewakan.

Dan saya mendapat undian di Majalah TEMPO --alhamdulillah. Kantornya masih di Jalan Senin Raya 83. Di lantai atas sebuah toko.

Di TEMPO saya hanya akan 1,5 bulan. Akan ada rotasi. Saya harus pindah ke media lain. Diundi lagi.

Saya berdoa keras lagi: agar mendapat tempat di Kompas. Pokoknya jangan sampai di PosKota.

Arselan Harahap datang ke TEMPO. Untuk menjemput saya. Waktu magang di situ sudah habis.

Tiba-tiba Arselan marah sekali. "Anda tidak boleh dipindah dari TEMPO," ujarnya. "Pimpinan TEMPO minta agar Anda tetap di sini," tambahnya. "Ini merusak program LP3ES," gerutunya.

Saya diam saja.

Dalam hati saya senang sekali.

Hari berikutnya saya diberitahu oleh pimpinan redaksi TEMPO. "Saya minta Anda tetap di TEMPO," ujar Bur Rasuanto --nama aslinya Burhanuddin Rasuan. Rasuan adalah nama kampungnya di Ogan Komiring Ulu, Sumsel.

Bur adalah sastrawan besar. Novelnya, Tuyet, saya baca dua kali. Ia-lah yang menciptakan kata 'santai' menjadi kata baku dalam bahasa Indonesia. Konon kata itu ia comot dari bahasa di daerahnya.

Di masa tuanya almarhum Mas Bur --begitu saya memanggilnya-- menjadi dosen filsafat di Universitas Indonesia.

Senin lalu saya bertemu kembali dengan Arselan Harahap. Lewat Zoom. Masih bekerja untuk LP3ES. Lagi menyelesaikan buku tentang Bung Hatta.

Wajahnya masih sangat segar. Gaya Jogja-nya masih sangat lembut --ia alumnus Universitas Gajah Mada.

"Dahlan, Anda berkhianat dua kali," ujarnya sambil tertawa ngakak.

Yang satunya apa ya?

"Berdasarkan kontrak, Anda harus kembali ke Samarinda. Untuk memajukan koran di Kaltim," katanya.

Rupanya Arselan lupa.

Saya benar-benar sudah kembali ke Kaltim. Ke Samarinda. Tetap bekerja lagi di koran Mimbar Masyarakat --koran mahasiswa yang beralih ke koran umum.

Memang, ketika pendidikan di LP3ES itu berakhir Mas Bur minta saya: jangan pulang. "Anda di Jakarta saja. Anda memenuhi syarat jadi wartawan TEMPO," ujarnya.

Tapi saya menjawab bahwa saya terikat kontrak. Mas Bur ngotot. Tapi saya tidak mau. "Ya sudah. Anda pulang ke Kaltim tapi jadi wartawan TEMPO juga di sana," ujarnya.

"Bolehkah saya tetap merangkap di Mimbar Masyarakat?“ tanya saya.

"Boleh," jawabnya.

Besoknya saya pulang ke Samarinda. Sudah membawa kartu pers sebagai wartawan TEMPO. Gagahnya bukan main --menurut perasaan saya.

Begitulah. Kalau Senin lalu saya 'berkhianat' lagi, ceritanya seperti itu. Saya tidak senang, tapi apa boleh buat.

Sebenarnya masih ada satu 'pengkhianatan' lagi. Tahun kedua sebagai wartawan TEMPO saya 'berselingkuh'. Setiap hari saya menulis berita untuk harian Kompas.

Menunggu tulisan dimuat di TEMPO terlalu lama --maklum mingguan. Di Kompas begitu cepat prosesnya. Hari ini dikirim, besoknya sudah bisa dibaca.

Enam bulan kemudian, seorang redaktur Kompas ke Samarinda. Khusus untuk menemui saya. Ia minta saya monoloyalitas --hanya menulis untuk Kompas. Saya akan secara resmi diangkat sebagai wartawan Kompas.

Saya yang justru gementeran.

Saya mengalami kesulitan bagaimana bisa pamit dari TEMPO.

Justru saat itu saya menolak dikawini Kompas. Saya pun mengirim surat ke pimpinan TEMPO. Saya menceritakan perselingkuhan saya itu. Lalu minta maaf. Tobat. Sejak itu saya menyatakan kesetiaan seumur hidup pada TEMPO.

Bahwa kemudian saya tidak di TEMPO lagi sepenuhnya itu atas penugasan resmi dari TEMPO.

Semua itu karena LP3ES. Bagaimana bisa saya menolak untuk sekedar berbicara tentang BUMN --di Zoom.

Ampunilah.(Dahlan Iskan)


Sumber: www.disway.id

Berita Terkait



add images