iklan Wali Kota Tri Rismaharini, Menkes Terawan, Ketua Gugus Tugas Covid-19 Doni Monardo/Rmoljatim.
Wali Kota Tri Rismaharini, Menkes Terawan, Ketua Gugus Tugas Covid-19 Doni Monardo/Rmoljatim. (Net)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Kota Surabaya memang menjadi satu daerah zona covid-19 hitam di Jawa Timur lantaran memiliki data tertinggi kasus positif.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Jatimprov.go.id, tercatat Surabaya per 2 Juni 2020 terkonfirmasi kasus positif mencapai 2.748 orang, dengan jumlah PDP sebanyak 3.083 orang.

Sementara ODP mencapai 3.771 orang, dan orang tanpa gejala sebanyak 3.334 orang.

Kasus meninggal sendiri sudah mencapai 246 orang.

Diketahui berdasarkan data yang sama, Jawa Timur terkonfirmasi kasus positif sebanyak 5.135 orang dengan penambahan kasus per 2 Juni 2020 sebanyak 213 kasus. Sebanyak 418 orang meninggal dunia dan 699 sembuh.

Namun demikian Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, mengaku sudah melakukan upaya maksimal dalam menangani covid-19 di kotanya.

Itu ia sampaikan saat menerima kunjungan kerja Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Terawan Agus Putranto, bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, di Balai Kota Surabaya, Selasa petang (2/6).

Menkes tiba di Balai Kota Surabaya sekitar pukul 16.20 WIB bersama Kepala BNPB. Mereka disambut Risma dan Kapolrestabes Surabaya, Kombes Jhonny Edison Isir.

Tak hanya itu, hadir pula Pangdam V Brawijaya, Mayjen TNI Widodo Iryansyah, beserta Kapolda Jawa Timur, Irjen Mohammad Fadil Imran.

Ketika menerima data seseorang itu positif, kata Risma, dengan ketat telah dilakukan upaya tracing.

“Jadi kami punya beberapa klaster yang ada di Surabaya. Kita tracing, siapa dia, ketemu di mana, kemudian siapa saja di situ,” kata Risma.

Kemudian, lanjutnya, setelah ditemukan data ODR (orang dengan resiko) pihaknya langsung mendetilkan siapa saja atau keluarga yang ada di lokasi tersebut.

Misalnya dalam satu perusahaan setelah dilakukan tes ditemukan 1 orang positif.

“Maka satu orang itu langsung kita ikuti (tracing) seluruh keluarganya, dan itu kita masukkan ODR,” paparnya.

Setelah itu, kata dia, dokter mendatangi rumahnya dan melakukan pemeriksaan.

Jika kondisinya berat, maka dimasukan ke rumah sakit. Namun, jika kondisinya tidak berat orang tersebut dibawa ke Hotel Asrama Haji untuk isolasi.

Upaya itu bukan tanpa kendala, sebab ada saja beberapa pihak yang menolak kooperatif dalam prosesnya. Mereka menyatakan tidak positif dan ingin melakukan isolasi mandiri rumah.

“Nah ketika melakukan isolasi mandiri di rumah itu, kami memberikan makan supaya mereka tidak keluar (rumah). Setiap hari kelurahan mengirim makan 3 kali sehari. Siangnya kita berikan telur dan jamu. Itu mereka yang isolasi mandiri. Kadang-kadang ada vitamin,” ujarnya.

Di samping itu, Risma menyatakan, saat ini pihaknya terus gencar melakukan rapid test massal dan swab di beberapa lokasi yang dinilai ada pandemik.

Risma mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Kesehatan, Badan Intelijen Negara (BIN), dan BNPB karena telah membantu kebutuhan alat pelindung diri (APD) hingga alat kesehatan kepada Pemkot Surabaya.

“Jadi kita lakukan rapid test massal di beberapa tempat. Kadang lokasinya di sepanjang jalan, kadang pula di masjid, dan sebagainya. Sampai hari ini rapid test kurang lebih sebanyak 27.000 orang,” pungkasnya.(sta/rmol/pojoksatu)


Sumber: www.pojoksatu.id

Berita Terkait



add images