iklan Ilustrasi.
Ilustrasi. (Net)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Vaksin COVID-19 yang tengah dikembangkan di Indonesia harusnya hanya disuntikan satu kali untuk selamanya. Dan vaksin dapat digunakan untuk semua umur, tanpa kecuali.

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan idealnya vaksin harus memenuhi beberapa persyaratan. Salah satunya dan terpenting adalah dari sudut imunitasnya, kalau bisa sekali suntik dan bertahan seumur hidup.

“Sebagai gambaran umum bagaimana situasi yang harus kita hadapi bersama terkait dengan pengembangan vaksin di Indonesia, antara lain dari sudut imunitasnya kalau bisa sekali suntik,” katanya dalam keterangannya, Minggu (9/8).

Selain itu, vaksin tersebut juga diharapkan bisa bertahan seumur hidup dan bisa bertahan antibodinya.

“Imunitas yang dibentuk juga mencakup humoral dan seluler, kalau bisa. Dan juga efektif untuk semua umur. Ini kita harapkan dari bayi sampai orangtua, idealnya begitu. Tapi tidak selalu bisa berhasil,” ujarnya.

Dilanjutkannya, vaksin tersebut juga diharapkan sedapat mungkin disuntikkan hanya satu kali saja.

“Enggak perlu ada booster dua kali, tiga kali dan sebagainya,” katanya.

Sementara dari sisi imunologi, diutarakannya, vaksin harus sedapat mungkin tidak menyebabkan auto-imunity atau reaksi hipersensitivitas. Dan yang tak kalah pentingnya dalam pengembangan vaksin adalah harus aman, efektif, dan terjangkau.

“Pertimbangan lainnya, terutama untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia, tentu harga menjadi pertimbangan utama. Kalau kita bandingkan misalkan berita-berita di koran, bagaimana pemerintah di Amerika menggelontorkan banyak sekali dana untuk perusahaan vaksin mereka. Tapi itu tidak terjadi di Indonesia,” ujarnya.

Dia juga berharap, kecepatan produksi vaksin juga harus lebih cepat dan sedapat mungkin tidak terlalu kompleks. Selain itu, masyarakat juga diharapkan bisa menerima kehadiran vaksin tersebut.

“Salah satu mungkin yang akan menjadi pertanyaan adalah masalah halal dan sebagainya,” katanya.

Amin juga mengatakan pengembangan vaksin di Indonesia saat ini tidak hanya vaksin Sinovac. Namun, juga Indonesia tengah membuat vaksin COVID-19 buatan dalam negeri yang dikembangkan oleh Lembaga Biomolekuler Eijkman (LBME). Vaksin tersebut diberi nama ‘Merah Putih’.

Saat ini Indonesia punya dua kandidat vaksin COVID-19 yang tengah diuji.

“Perbedaan utamanya adalah platformnya. Kalau Sinovac menggunakan satu virus kemudian diperbanyak di lab, lalu virus itu dipisahkan dan dilakukan inaktivasi (inactivated vaccine) setelah itu diformulasikan agar aman bagi manusia. Jadi vaksin yang diberikan adalah keseluruhan virus,” jelasnya.

Inactivated vaccine adalah bentuk vaksin yang dilemahkan sehingga tidak lagi menyebabkan penyakit. Vaksin yang dibuat dengan metode inaktivasi biasanya perlu beberapa dosis sebelum seseorang bisa mendapatkan kekebalan yang diinginkan.

Sementara itu, vaksin Merah Putih dikembangkan dengan metode rekombinan.

“Kalau Merah Putih adalah sub unitnya. Tidak seluruh virusnya, hanya bagian-bagian tertentu dari virus yang dianggap penting kemudian diperbanyak dan dijadikan antigen,” tuturnya.

Vaksin Merah Putih sendiri dijadwalkan bisa menyelesaikan uji coba pada hewan di akhir tahun 2020. Setelah uji hewan efektif, bibit vaksin nantinya akan diserahkan ke Bio Farma untuk kemudian dilakukan uji praklinis dan klinis.

Kedua vaksin Corona ini, baik Merah Putih dan Sinovac, dijadwalkan bisa rampung pada pertengahan 2021.

Terkait uji klinis vaksin Sinovac di Universitas Padjajaran dan Biofarma, Juru Bicara Kementerian BUMN Arya Sinulingga menegaskan selain syarat usia 18-59 tahun, relawan yang akan ikut uji klinis merupakan warga Bandung Raya, Jawa Barat.

“Terkait uji klinis calon vaksin, ada berbagai persyaratan untuk menjadi relawan uji klinis calon vaksin COVID-19, salah satunya adalah keharusan domisili di Bandung raya dan larangan meninggalkan wilayah penelitian hingga penelitian selesai,” ujarnya.

Dengan demikian, uji klinis itu tidak bisa diberlakukan bagi warga di luar Bandung Raya.

Saat ini, tim peneliti masih terus mengumpulkan relawan untuk uji klinis fase ketiga ini.

“Warga Bandung Raya yang memenuhi kriteria bisa berpartisipasi dan menjadi bagian dari perjalanan bersejarah hadirnya vaksin yang sangat diharapkan kehadirannya di bumi pertiwi ini,” ucap Arya.

Sementara di Indonesia masih mengembangkan, Rusia justru sudah siap meregistrasi obat COVID pada 12 Agustus 2020.

Wakil Menteri Kesehatan Oleg Gridnev mengatakan vaksin COVID akan diprioritaskan pada pekerja medis serta warga lanjut usia.

“Pendaftaran vaksin yang dikembangkan Gamelei Center bakal dilaksanakan pada 12 Agustus,” kata Gridnev kepada awak media dikutip RIA Novosti.

Dikatakannya, saat ini, tim peneliti sudah berada di tahap ketiga, yang dia sebut tahap terakhir dalam pengembangan obat COVID-19. Dia menturukan fase ini merupakan momen yang sangat penting.

“Kami harus memahami bahwa vaksin ini sendiri sudah aman,” paparnya.

Kementerian Kesehatan Rusia mengaku tengah memeriksa dokumen yang dibutuhkan oleh Gamelei Center dalam mematenkan obatnya.

Dokumen yang dibutuhkan tersebut termasuk data dari uji klinis.

“Proses registrasi tergantung dari hasil uji coba,” jelas kementerian.(gw/fin)

 


Berita Terkait



add images