iklan Tahanan Taliban berjalan kaki usai dibebaskan dari penjara Pul-e-Charkhi, di pinggiran Kabul kemarin.
Tahanan Taliban berjalan kaki usai dibebaskan dari penjara Pul-e-Charkhi, di pinggiran Kabul kemarin. (AFP)

JAMBIUPDATE.CO, KABUL – Pernyataan Presiden AS Donald Trump, dalam wawancara pada 4 Agustus, kepada Axios bahwa AS akan melakukan pemangkasan pasukan dari Afghanistan mulai direalisasikannya. Ini pun ditandai dengan pembebasan 400 tahanan Taliban.

Menteri Pertahanan AS Mark Esper, saat wawancara dengan Fox News mengatakan, pejabat Pentagon telah memberi tahu Kongres soal rencana tersebut dan AS musti memastikan bahwa tidak ada ancaman teroris ketika meninggalkan Afghanistan.

”Benar, Trump telah mengurangi jumlah anggota pasukan menjadi antara 4.000-5.000 di Afghanistan menjelang pemilu presiden AS pada November mendatang,” jelas Esper Minggu (9/8).

Sementara itu, pemerintah Afghanistan akhirnya bersedia membebaskan 400 tahanan Taliban. Ini membuka jalan dimulainya pembicaraan damai yang bertujuan untuk mengakhiri perang selama lebih dari 19 tahun di negara itu.

Di bawah tekanan yang dihadapi Donald Trump menjelang pemilihan presiden, AS sepakat membawa pulang pasukan Amerika. Ini pun diresdpon majelis besar Afghanistan, atau Loya Jirga, yang kemarin menyetujui pembebasan tersebut. .

Pembebasan seluruh tahanan itu merupakan kondisi kontroversial yang diajukan oleh Taliban untuk bergabung dalam pembicaraan perdamaian.

”Untuk menghilangkan rintangan, memungkinkan proses perdamaian dimulai dan mengakhiri pertumpahan darah, Loya Jirga menyetujui pembebasan 400 anggota Taliban,” terang sumber dari majelis resolusi, Loya Jirga.

Sementara itu Presiden Afghanistan Ashraf Ghani mengatakan dirinya akan menandatangani perintah pembebasan 400 tahanan tersebut. Pekan lalu, Ghani mengundang sekitar 3.200 pemimpin komunitas dan politisi Afghanistan ke Kabul, di tengah keamanan yang ketat dan kekhawatiran tentang pandemi Covid-19, untuk memberi masukan kepada pemerintah apakah 400 tahanan itu harus dibebaskan.

Dengan pembebasan tersebut, pemerintah Afghanistan akan memenuhi janjinya untuk membebaskan seluruh 5.000 tahanan Taliban. Pembicaraan antara Taliban dan pemerintah akan dimulai di Doha. ”Kelompok gerilyawan itu berjanji untuk menerapkan gencatan senjata total menjelang pembicaraan itu,” jelas Ghani.

Musyawarah atas pembebasan kelompok terakhir tahanan Taliban itu, yang dituduh melakukan beberapa serangan paling berdarah di Afghanistan, telah memicu kemarahan di antara warga sipil dan kelompok hak asasi yang mempertanyakan moralitas proses perdamaian.

Pada 2019 saja, lebih dari 10.000 warga sipil tewas atau terluka dalam konflik di Afghanistan, menjadikan total korban dalam dekade terakhir lebih dari 100.000, menurut laporan PBB tahun lalu.

Sebelum pengumuman Loya Jirga, Human Rights Watch memperingatkan bahwa banyak narapidana telah dipenjara di bawah undang-undang terorisme yang terlalu luas yang mengatur penahanan preventif tanpa batas. (fin/ful)


Sumber: www.fin.co.id

Berita Terkait



add images