iklan

Dalam hal ini tidak dipersoalkan hubungan kekerabatan antara Depati Rencong Telang dengan Pagaruyung. Yang jadi soal bagi masyarakat Kerinci saat ini adalah membuat lembaga baru (merusak tatanan adat lama) dengan menggunakan nama Depati Rencong Telang Ujung Pagaruyung. Hal ini dirasa mencederai Kerinci sebagai sebuah identitas budaya, identitas sebuah etnis, identitas sebuah kebudayaan. Dengan menyebut sebagai Ujung Pagaruyung, berarti mengakui bahwa Kedepatian Rencong Telang adalah vassal, atau bawahan dari Pagaruyung. Langsung atau tidak langsung juga menyeret Alam Kerinci. Padahal orang sudah sangat paham bagaimana sejarah berdirinya kedepatian di Kerinci tidak ada hubungan sangkut pautnya dengan Pagaruyung. Tindakan ini sadar atau tidak sadar adalah merendahkan harkat dan martabat kedaulatan Adat Alam Kerinci. Minangkabau berbeda dengan Kerinci, walau ada persamaan-persamaan dan pengaruh. Secara adat, Alam Minangkabau ujungnya adalah Indrapura dan Muko-muko. Lazim dikatakan dalam adat Minang bahwa "Ujung dari Pagaruyung adalah Indrapura dan Muko-muko".

Pada saat ini sudah beredar luas opini di masyarakat bahwa pengukuhan Depati Rencong Telang Ujung Pagaruyung tidak terlepas dari keinginan agar Depati Rencong Telang bisa eksis dan diakui di forum keraton nusantara ataupun forum raja-raja nusantara. Untuk memudahkan mendapatkan pengakuan, maka perlu menempel kepada Pagaruyung dan perlu dilegal-formalkan dengan membuat akta notaris. Terbetik berita, bahwa jika sukses bergabung dengan forum-forum teraebut maka pembiayaan dari pemerintah akan mengalir deras dengan jumlah ratusan milyar dan dari dana itulah akan dibangun istana Tuan Magek Bagonjong yang dinobatkan sebagai Depati Rencong Telang yang pertama.

Apakah tindakan tersebut salah atau benar? Bisa saja benar karena bertujuan untuk melestarikan adat dan budaya. Tapi menjadi tidak benar, jika hal tersebut sudah "mengupak adat menyumbing limbago di Alam Kerinci." Apalagi lebih memprihatinkan di belakang itu ada misi-misi terselubung yang mengatas-namakan adat dan masyarakat. Yang lebih memprihatinkan lagi masyarakat adat Depati Rencong Telang sudah terbelah. Hal ini jelas sudah lari dari prinsip untuk apa adat didirikan dan dilestarikan. (***)


Berita Terkait



add images