iklan Masjid Raya Magatsari yang sampai kini masih berdiri kokoh di tengah Pasar Jambi.
Masjid Raya Magatsari yang sampai kini masih berdiri kokoh di tengah Pasar Jambi. (M RIDWAN/JU)

MASJID Raya Magatsari merupakan sala satu masjid tertua di Kota Jambi. Masjid tersebut berlokasi  Jl. Orang Kayo Hitam, Arab Melayu, Kecamatan Pasar, Kota Jambi. Berada di tengah pasar menjadikan Masjid ini tempat beribadahnya para pedagang dan pembeli yang sebagian besar datang dari luar Kota Jambi.

M HAFIZH ALATAS, Kota Jambi

BERBICARA soal masjid tertua di Provinsi Jambi, belumlah lengkap rasanya jika belum menyebut masjid Magatsari yang legendaris itu.

Menurut catatan bagian harta benda wakaf Masjid Raya Magatsari, lokasi masjid tersebut merupakan tanah wakaf Syech Hasan bin Ahmad Bafadhal yang diperoleh secara turun temurun sejak 1276 Hijriah atau sekitar 1850 Masehi dari masa Pemerintah Kesultanan Jambi Pangeran Mangku Negara.

Pembangunan Masjid dimulai pada dekade penghujung masa perjuangan Sultan Thaha melawan Belanda sekitar tahun 1906. Ukuran asal masjid 30 x 30 yang dibangun secara gotong royong.

Sejumlah tokoh masyarakat yang memprakarsai pembangunan Masjid Raya Magatsari tersebut yakni Syaid Abdurrahman bin Ahmad Bafadhal, H Ibrahim bin H Hasan bin Ahmad Bafadhal, H Abdul Rahman Sutro Syaid Salim Alkaf, H Muhammad bin Husein Bafadhal, H Ibrahim Gurun.

Pengerjaan pembangunnya dipimpin oleh H Agus Nasir. Bangunan masjid kala itu menggunakan bahan dari kayu. Diantaranya empat tiang suko guru dari kayu bulian. Menara azannya terbuat dari bambu yang disusun dan dirangkai dan diberi atap. Sementara atap Masjid berupa atap sirap berbentuk joglo/tumpeng.

Untuk menunjang kegiatan syiar di masjid, terkumpul hasil toko dari pemilik toko yang berada disekitar Masjid serta masyarakat lainnya. Jalinan kerjasama dan gotong royong  masyarakat tampak dari perjalanan kepengurusan Masjid Magatsari dari dulu hingga kini.

Tokoh masyarkat dan alim ulama baik yang bermukim di wilayah pasar maupun dari Jambi seberang kota, secara bersama atau bergantian duduk di dalam kepengurusan dengan penuh dedikasi dan tanpa pamrih.

Mereka adalah KH Moh Djaafar bin Abdul Djalil, KH Usman, KH Ahmad Rojali bin Abdul Jalil, KH Abdurrahman Sutro Abdullah bin Thalib, KH Moh Saman Muhyi, KH Abdul Madjid Gafar, KH MO Bafadhal, Syaid Abdullah Al Haddad, Syech Muhammad Chotib Bafadhal, KH Abdul Madjid Gofar, Ahmad As, KH Saman Samsudin, Gafar Dung, KMS Hasan Wan, KH Moh Djuned, H Moh Sibli, H Dain, KH Ismail Yusuf, H Anis Achmad.

Foto : Dok pengurus masjid raya magat sari

Asal usul nama Magatsari pada Masjid tersebut belum diketahui secara pasti. Ada berbagai versi. Ada yang menyebutkan berasal dari nama seseorang  yaitu Nan Magat atau Nagat Sari. Adapula yang menyebutkan bersal dari nama kampung yakni Magatsari. Memang seperti kebiasaaan pemeberian nama, ada kecendrungan hubungan korelasi antara nama orang dengan nama suatu daerah.

Dalam perkembangnnya, masjid Magatsari telah mengalami beberapa kali renovasi. Yakni pada 1923, 1937, 1950, 1970. Ketika itu terkena kebakaran sedikit, kala itu Kota Jambi mendapat serangan Belanda. Kemudian dilakukan renovasi selanjutnya pada 1992 Masjid Magatsari dari bangunan papan dengan ukuran 30x30 itu tegak secara permanen dengan bahan semen menjadi luas 1.287 meter bujursangkar, dengan dua lantai yang diantaranya mendapat dukungan  pembiayaan dari Nurdin Hamzah seorang pengusaha Jambi. Terakhir 2017, Masjid Raya Magatsari di renovasi plafon dan pagar oleh Pemerintah Kota Jambi.

Ketua Harian Masjid Magatsari, H Yahya saat dijumpai harian Jambi Ekspres belum lama ini menceritakan, pembangunan Masjid Raya Magatsari itu dari kumpulan orang kaya yang wakaf. Ada komunitas orng islam, kiyai, orang seberang, orang india.

“Disana dulu ngumpul-ngumpul para kiyai. Jadi tempat orang-orang bertanya tentang agama, semua persoalan. Bahkan banyak pejabat yang datang,” kata H Yahya, saat dijumpai di tokonya di kawasan Masjid Raya Magatsari.

Foto : Dok pengurus masjid raya magat sari

Para Kiyai-kiyai yang sering ngumpul di Masjid Raya Magatsari sebut H Yahya yakni, seperti KH Moh Djaafar bin Abdul Djalil, KH Usman, KH Ahmad Rojali bin Abdul Jalil, KH Abdurrahman Sutro Abdullah bin Thalib, KH Moh Saman Muhyi, KH Abdul Madjid Gafar, KH MO Bafadhal, Syaid Abdullah Al Haddad, Syech Muhammad Chotib Bafadhal, KH Abdul Madjid Gofar, Ahmad As, KH Saman Samsudin, Gafar Dung, KMS Hasan Wan, KH Moh Djuned, H Moh Sibli, H Dain, KH Ismail Yusuf, H Anis Achmad. Mereka adalah generasi pertama Masjid Raya Magatsari.

“Mereka (para kiyai) ngumpul-ngumpulnya sebelum zuhur, sekitar pukul 11-an,” katanya.

“Disitulah mereka berkumpul, khatibnya mereka bergantian. Kemudian, pengurusnya turun temurun,” imbuhnya.


Berita Terkait