Kedua, Kuat pada riset. Dalam hal ini, Roy lah yang bertanggung jawab mengelola riset di Naruna. Hal ini mengingat Roy yang memiliki latar belakang Pendidikan, yaitu lulusan Jurusan Kimia dari Universitas Dipenogoro, sehingga menguasai cara membuat formula keramik yang kuat tahan gores.
Ketiga, Kuat pada marketing. Sebab marketing memiliki peranan yang tak kalah penting dalam menjaga eksistensi bisnis di masa pandemi. Roy memutuskan untuk mempekerjakan 20 marketer, yang seluruhnya berbasis online.
“Jika kita hanya kuat di desain nya saja, tetapi nggak kuat menjual, ambyar. Kalau kita kuat dijual, bisa menjual, tetapi desainnya tidak masuk, jangan harap bisa berkembang. Inilah bukti kenapa bisa eksis selama pandemi,” tandasnya,
Keempat, Kuat pada produksi. Roy mengatakan bisnis harus mempertimbangkan efektivitas produksi. Dengan begitu proses produksi di semua lini bisa berlangsung dengan lebih efektif dan efisien.
“Kita harus kuat awalnya. Pandemi menyerang bukan hanya industri kecil, menengah, atau besar. Dia nggak pandang bulu. Dia hanya melihat sistem bisnis kita bagus atau tidak. Kalau sistem bisnis kita kuat, dari riset, semuanya kuat, pasti kita menang, pasti omzet kita akan naik,” tuturnya.
Jualan yang membanggakan
Dengan menerapkan keempat jurus itu, Roy sukses memperbesar bisnis Naruna. Ia mengatakan di masa pandemi, jualannya justru meningkat, sehingga mendorong kenaikan omzet hingga 19 kali lipat. Tidak hanya itu, jumlah tim yang dulu hanya sebanyak 3 orang, kini bertambah menjadi 73 karyawan tetap dan 40 karyawan borongan.
“Setiap hari kami memproduksi kurang lebih 4.000 cangkir handmade. Dan itu laku terjual untuk ekspor dan dalam negeri,” terangnya.
Tidak hanya itu, jumlah konsumen Naruna pun juga mengalami kenaikan. Roy menjelaskan kini Naruna memiliki tidak kurang dari 26 ribu pelanggan, serta 6.750 customer loyal yang melakukan repeat order. Pelanggan yang puas adalah juga pemasar yang ampuh bagi Roy.