JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA - Seperti apa kesehatan mental Anda di dunia tanpa media sosial? Cukup sulit untuk dibayangkan, bukan?
Banyak dari kita yang begitu sibuk dengan akun sosial kita sehingga sulit untuk mengingat apa yang sudah kita lakukan untuk keluarga dan sekeliling kita.
Seakan hidup hanya di layar ponsel. Menskrol ke bawah, melihat postingan ini dan itu. Lelah hidup sekali Anda.
Tak dipungkiri, ada banyak sisi positif dari koneksi online. Tetapi kita harus mampu menemukan keseimbangan hidup.
Derasnya informasi dari teman, keluarga, seputar selebriti, sampai merek dagang yang keluar masuk di beranda menjadikan kita terbawa arus. melihat lagi dan melihat lagi.
Sampai-sampai, ada yang berpikir bagaimana bersaing untuk mendapatkan perhatian orang lain, dapat komentar yang banyal sampai seperti yang sebenarnya semu.
Kalau sudah begitu, jelas mental Anda sudah terganggu. Tentang 8 jam sehari Anda menggunakan media sosial dan menikmatinya.
Dikutip Disway.id dari survei Healthline baru-baru ini, 25 persen pengguna media sosial mengaku mendapatkan efek negatif dari mental mereka. Keperibadian mereka tertutup dan acuh pada lingkungan sekitar.
Sementara 53 persen mengaku, mengurangi penggunaan media sosial sangat membantu kehidupan. Lebih normal dan realistis.
Selain itu, 29 persen responden membutuhkan jeda dari media sosial. Bagaimana pun perilaku media sosial memengaruhi kesehatan mental Anda.
Sebuah studi kecil tahun 2018 menemukan hubungan langsung antara penurunan penggunaan media sosial akibat peningkatan depresi dan kesepian.
Bahkan dalam survei tahun 2021 oleh ExpressVPN , 86 persen dari sampel 1.500 orang Amerika melaporkan bahwa media sosial secara langsung berdampak negatif terhadap kebiasaan hidup.
Media sosial merenggut kebahagiaan mereka. Bahkan 79 persen melaporkan efek negatif berupa timbul rasa cemas, kesepian, dan depresi.
Sebuah survei online lintas negara tahun 2022 di Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Norwegia juga menemukan bahwa mereka yang menggunakan media sosial untuk hiburan atau untuk mengurangi kesepian selama pandemi mengalami kesehatan mental yang lebih buruk.