iklan

Anda harus hafal nama-nama binatang di situ, siapa tahu Bayan akan mengadakan kuis.

Untuk kebun binatang ini saja 100 karyawan ditugaskan penuh di sini. Umumnya orang dari penduduk sekitar. Dokter hewannya empat orang. Lulusan Udayana dan UGM. Masih ada pula ahli gizi khusus binatang.

"Kera dan orang utan biasanya kekurangan protein," ujar ahli gizi di situ.

"Seminggu sekali, satu kera kami beri telur dua buah," ujarnyi.

Kurang protein itu lantaran makan mereka yang hanya lebih banyak buah. Ahli gizi binatang itu lahir di Bulungan, besar di Penajam, dan kuliah di Yogyakarta. Dua tahun bekerja di sini dia punya ide: menciptakan kue bergizi untuk binatang.

Kembali ke harimau. Delapan ekor itu awalnya hanya satu pasang. Dari Taman Safari. Di sinilah pasangan itu melahirkan untuk kali pertama: sepasang. Mati semua. Lalu melahirkan lagi sepasang. Hidup semua. Lalu melahirkan lagi dua kali. Masing-masing sepasang.

Sedang koleksi kudanya bukan kuda biasa. Datuk Low suka kuda mini. Tingginya, tertinggi, hanya 80 cm. Didatangkan dari Belanda. Sebanyak 12 ekor. Itulah sebabnya kandang kuda mini itu harus diberi AC. Masing-masing kuda diberi nama. Saya masuk kandangnya Linda. Cantik. Dengan ekor kudanya yang seski. Dan rambutnya terurai.

Koleksi keranya lengkap sekali. Termasuk kera putih. Juga kera dari banyak negara. Saya lagi cari-cari kera yang wajahnya mirip saya: tidak ketemu.

Yang terbaru: ada kera "slow motion" dari Thailand –kera yang lucu karena geraknya sangat-sangat lambat.

Kera "slow motion" itu baru saja tiba. Pagi itu. Masih ditempatkan di kandang khusus karantina –di belakang ''club house''.

Jam 10.30 helikopter Datuk Low tiba. Saya menyambutnya di teras club house. Ia hanya pakai hem dan celana sangat biasa. Umurnya 74 tahun. Masih lincah. Badannya sangat langsing.

Setelah menyapa saya, ia menoleh ke seorang staf. "Sudah datang?" tanyanya.

Yang ditanyakan itu soal kera "slow motion" tadi. Yang ditanya mengangguk.

"Kita lihat yuk...," katanya pada saya.

"Saya sudah melihatnya tadi pagi," jawab saya.

"Kita lihat lagi...," pintanya.

Kami pun ke kandang karantina itu. Dua kera itu lagi tidur.

Dalam hati, saya tersenyum. Kok yang ditanyakan pertama soal binatang. Bukan perkembangan perusahaan.

Bagi kebanyakan orang, kebun binatang ini sudah satu perusahaan besar sendiri. Setidaknya pembiayaannya.

Orang utan pun dibuatkan rumah yang sangat khusus. Salah satu anak orang utan itu sangat manja: minta terus digendong petugas wanita di kandang itu. Saya mencoba menggendongnya juga. Tidak mau. Ups. Ternyata mau. Ia bukan anak orang utan yang penakut.


Berita Terkait



add images