iklan Miniatur Monas dibuat dengan limbah kertas menjadi simbol pemimpin atau Gubernur DKI Jakarta.
Miniatur Monas dibuat dengan limbah kertas menjadi simbol pemimpin atau Gubernur DKI Jakarta. (FIN)

JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA - Setelah Ibu Kota Negara (IKN) pindah ke Nusantara, Kalimantan Timur, Jakarta harus punya keunggulan untuk bisa bersaing dengan kota besar lain di Asia.

Pakar perumahan dan pemukiman Jehansyah Siregar menila, Jakarta punya tantangan besar karena harus mencari keunggulan tersendiri.

"Tantangannya sekarang, bagaimana ekonomi Indonesia bisa tumbuh secara efektif, dengan cepat, karena persaingan antarkota-kota besar di Asia saja sudah sangat ketat," katanya, Selasa, 21 Juni 2022.

Jehansyah menilai Jakarta perlu menonjolkan keunggulan dalam menghasilkan nilai tambah agar bisa bersaing dengan kota-kota besar di Asia.

"Kalau Jakarta gagal hasilkan perekonomian yang unggul, dia akan ketinggalan. Lihat Singapura, Kuala Lumpur, sudah jelas di depan. Bangkok mungkin hampir sama, Manila sudah mengejar. Hanoi, Ho Chi Minh juga. Tidak usah jauh ke Tokyo, Seoul, Taipei, yang dekat saja dulu," katanya.

Ahli perumahan dan pemukiman dari Institut Teknologi Bandung (ITB) itu mengatakan Jakarta perlu mempertimbangkan kontribusi sektor-sektor yang punya nilai ekonomi.

Kemudian, Jakarta perlu memastikan fasilitas dan sarana prasarana yang mendukung kegiatan ekonomi sektor tersebut.

"Apa pemerintah pernah pernah bertanya ke pelaku di ekosistem itu? Kok saya belum yakin ya. Misal, ekosistem keuangan atau pasar modal, apa memadai dengan ada BEI saja? Mungkin mereka butuh fasilitas lain atau bursa lain," katanya mencontohkan.

Jehansyah juga mengingatkan agar pemerintah provinsi Jakarta jangan hanya membangun fasilitas yang umum, seperti mall, tempat pameran atau pernikahan saja.

Pemerintah Jakarta dinilai perlu mempertimbangkan sektor yang akan berkembang di masa depan, seperti industri kreatif, untuk kemudian menyiapkan fasilitas yang mumpuni dan sesuai.

Menurut Jehansyah, penyediaan fasilitas pendukung seperti itu bahkan telah dilakukan 20 tahun lalu oleh sejumlah negara tetangga.

"20 tahun lalu saat itu negara tetangga kita sudah menyediakan perkantoran yang dipenuhi fasilitas internet kecepatan tinggi, smart building. Jadi semua industri IT bisa menempatinya. Itu sudah dimulai 20 tahun lalu dan kita ketinggalan," katanya.


Berita Terkait



add images