iklan

Komunitas Panorama Kuala Jambi awalnya bergerak di bidang pariwisata. Namun berjalannya waktu, kini Komunitas Panorama Kuala Jambi berinisiatif untuk menghidupkan, melestarikan dan memperkenalkan kembali kebudayaan serta adat Melayu Pesisir Timur yang telah lama tenggelam.

MAULANA - TANJAB TIMUR

AKMAL Santosa, S.Pt kelahiran Kampung Laut, 10 Oktober 1997. Pernah mengenyam pendidikan di SD Muhammadiyah Kuala Jambi tahun 2009, MTs Nurul Ittihad Kuala Jambi tahun 2012, MAN Kota Dumai tahun 2015 dan lulusan S1 Peternakan UIN Suska Riau tahun 2020.

Remaja yang akrab disapa Akmal ini ialah anak ke Tujuh dari pasangan H. Ahmad Rifa'i dan Hj. Almawati yang berdomisili di Jl. Pusara RT 01 RW 01 Kelurahan Kampung Laut, Kecamatan Kuala Jambi, Kabupaten Tanjabtim.

Ceritanya berawal ketika terbentuknya Karang Taruna Kelurahan Kampung Laut pada tahun 2019 yang dikomandoi oleh Akmal. Tujuannya agar pemuda dan pemudi yang ada di sana memiliki kegiatan yang bersifat positif. Berjalannya waktu, muncul lah ide dari teman-temannya untuk membuat komunitas yang bergerak di bidang pariwisata.

Pada 10 Oktober 2019, terbentuk lah komunitas yang diberi nama Panorama Kuala Jambi. Berbekal pengalaman dari sejumlah anggota yang pernah berwisata, Akmal mencoba mengadopsi ide-idenya yang kemudian disatukan menjadikan paket eko wisata mangrove Nipah yang juga bekerjasama dengan pemilik-pemilik cafe.

Setelah sukses selama Tiga bulan menggaet banyak wisatawan lokal datang ke Kampung Laut dan memakai jasa ekowisata Panorama Kuala Jambi, Akmal dan kawan-kawan kembali mendapat ide untuk mengangkat kembali budaya dan adat masyarakat Melayu Pesisir Timur yang ada di Kecamatan Kuala Jambi.

"Kita berdiskusi dengan guru-guru dan mentor kami yang ada di Muaro Jambi. Kami merasa kalau banyak budaya dan adat saat ini yang sudah tidak dipakai lagi. Dari situlah, kami berpikir untuk bagaimana caranya sama-sama kita hidupkan kembali budaya dan adat yang sudah lama hilang, istilahnya 'Membangkitkan Batang yang Terendam'," ucap Akmal saat ditemui dikediamannya belum lama ini.

Berdasarkan ide itu, pada awal tahun 2020 lalu, Komunitas Panorama Kuala Jambi membuat kegiatan tentang pengenalan budaya dan adat dengan tema Mengenal Satu Hari Kuala Jambi dengan melibatkan tetua tengganai, lembaga adat serta pelestari budaya untuk berpartisipasi.

"Dimulai dari situ, tidak disangka-sangka banyak komunitas yang datang, seperti komunitas dari Muaro Jambi, penggiat budaya kabupaten dan mahasiswa-mahasiswa Jambi. Sejak saat itu Panorama dikenal oleh orang-orang dari luar," ungkap pria yang akan melanjutkan pendidikan S2 di IPB ini.

Kemudian pada bulan Juli 2021, Komunitas Panorama Kuala Jambi yang diwakili oleh Akmal direkomendasikan sebagai fasilitator Desa Teluk Majelis untuk mengikuti kegiatan Kemajuan Desa Budaya yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Dirjen Pengembangan Kemajuan Kebudayaan di Jakarta.

Dari hasil observasi atau temu kendali tentang budaya dan adat lama serta potensi apa saja yang ada di desa itu, selanjutnya Panorama Kuala Jambi diberi tugas untuk membuat aksi. Alhamdulillah konsep Festival Budaya yang diajukan diterima oleh pihak kementerian.

"Jadi kami buatlah Festival Pesisir Timur Jambi itu pada bulan November 2021, yang mengedukasi tentang budaya lama, adat lama dan Tokoh Ulama. Selain itu, ada juga ekonomi kreatif dan makanan tradisional yang kita kenalkan," terangnya.

"Alhamdulillah, kegiatan itu berhasil dan sukses. Berkat kerjasama kami dengan Sanggar Seni Majelis Adat, Pemerintah Desa Teluk Majelis, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Kabupaten," ucapnya.

Atas keberhasilan kegiatan itu, mereka kembali dipercaya Pemkab Tanjabtim untuk melaksanakan Pekan Kebudayaan Daerah yang akan ditayangkan ditingkat Pekan Kebudayaan Nasional pada bulan Desember 2021. Setelah itu, Komunitas Panorama Kuala Jambi membuat seperti simulasi tentang pintu gerbang Provinsi Jambi yang terletak di Kecamatan Kuala Jambi melalui Sungai Niur atau yang biasa disebut Kuala Batanghari.

Di kegiatan itu mereka ingin mengetahui apa saja yang dulu pernah dilakukan masyarakat pada zaman dulu. Seperti fungsi Kuala Batanghari yang digunakan sebagai jalur peradaban dan penghasilan sumber daya alam dari Raja Kecil ke Raja Besar.

"Simulasinya, hasil sumber daya alam itu dibawa Raja Kecil dari Desa Teluk Majelis menggunakan pompong diiringi arakan kompang untuk diserahkan dengan Raja Besar di Kecamatan Kuala Jambi. Disitu lah terjadinya pertukaran rempah hasil bumi masyarakat yang dilakukan dengan percakapan berbalas syair," sebutnya.

Semakin bulan dan semakin tahun, Komunitas Panorama Kuala Jambi sudah banyak dikenal, begitu pula link kabupaten, provinsi hingga kementerian juga semakin banyak. Pada kegiatan DAS Batanghari yang digelar pada tanggal 16 Juli 2022, program Dirjen Perlindungan Kebudayaan menyerahkan ke Akmal sebagai Koordinator Lokal.

"Tujuan DAS Batanghari ini yang diikuti oleh puluhan mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi dan universitas di Indonesia untuk mengobservasi dari 10 OPK dan 1 Cagar Budaya. Alhamdulillah DAS Batanghari yang dimulai dari Dharmasraya sampai ke Hilir, hanya di Kecamatan Kuala Jambi mereka merasa puas mendapatkan data observasi terlengkap," ujarnya.

Pada kegiatan DAS Batanghari, Panorama Kuala Jambi juga membantu untuk mengangkat tentang keseharian budaya dan adat suku Duano, diantaranya bahasa suku Duano, kearifan lokal nelayan, kerajinan tangan untuk membuat wadah dari daun Nipah. Dalam kegiatan itu, mereka juga melibatkan tetua tengganai dan pemuda asli suku adat Duano.

Pada tahun 2022 ini, Komunitas Panorama Kuala Jambi juga kembali lagi dipercaya sebagai fasilitator Desa Teluk Majelis untuk mengikuti kegiatan Kemajuan Desa Budaya di Padang, yang aksinya akan dilaksanakan lagi di Desa Teluk Majelis. Di Kabupaten Tanjabtim ada tambahan Satu desa lagi yang ikut dalam program ini, yakni Desa Air Hitam Laut.


Berita Terkait