Oleh karena itu, setelah memiliki daya dukung yang optimal terhadap ekspansi kredit ke UMKM, Bank Jambi perlu mengelola kesiapan sumber daya manusianya. Setiap bank sebenarnya telah memiliki kompetensi dan expertise-nya sendiri-sendiri. Seperti halnya bank-bank berskala besar yang berfokus pada sektor korporasi memiliki kompetensi pada sektor tersebut, demikian pula dengan bank yang berfokus menggarap sektor UMKM.
Melakukan switching ke segmen pasar yang tidak dikuasainya membutuhkan upaya yang tidak mudah, sehingga kita banyak melihat bank yang gagal mencoba memasuki segmentasi pasar yang baru. Nah, Bank Jambi sebenarnya telah cukup teruji memiliki expertise untuk menekuni sektor UMKM.
Pertaruhannya sangat besar apabila bank ini harus mencoba terbuai untuk agresif dan atraktif menggarap kredit non UMKM. Apalagi kecenderungan tawaran untuk menggarap sektor usaha besar, yang tentu saja juga memiliki tingkat risiko yang besar, sangat tampak di depan mata.
Samsung Galaxy S22 ultra seharga 2.750.000 IDR. Diskon hingga 70% untuk flagman Samsung
Makhluk ini membuat penduduk Indonesia merinding
Kamera CCTV akan menunjukkan kematian Brigadir J
Seekor buaya memakan seorang pria, berikut cuplikannya
Gadis sekolah itu melahirkan tepat di pelajaran. rekaman menyeramkan
Polri Temukan CCTV yang Akan Ungkap Kasus Kematian Brigadir J
Untuk itulah, apabila memang Bank Jambi ingin mencoba menggarap pasar sektor tersebut, maka perlu prioritas untuk melakukan penggarapan sektor usaha yang mampu menjadi pendorong program pemberdayaan perekonomian daerah.
Terakhir, sebagai sebuah institusi bisnis yang ingin selalu tumbuh berkembang secara berkelanjutan (sustainable growth), tentu saja Bank Jambi harus cerdas dalam menentukan pilihan atas alternatif-alternatif segmentasi pasarnya. Pada saat berada di persimpangan jalan, sudah selayaknya Bank Jambi harus kembali kepada jati diri dan "khitah"-nya, sebagai bank yang setia mendampingi UMKM di Provinsi Jambi. (*)