JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA-ChatGPT kini menjadi sebuah platform baru yang digandrungi publik.
Dikutip dari wikipedia, ChatGPT dikembangkan oleh OpenAI; sebuah laboratorium penelitian kecerdasan buatan yang berpusat di Amerika Serikat. Model ini dapat digunakan tujuan yang beragam, seperti membuat obrolan otomatis di aplikasi percakapan, membantu dalam pembuatan konten, atau bahkan membantu dalam penerjemahan berbagai bahasa dengan tingkat akurasi yang berbeda-beda untuk tiap bahasa.
ChatGPT (Chat Generative Pre-trained Transformer[1] (Transformer Generatif Chat Terlatih) adalah sebuah chatbot AI berupa model bahasa generatif yang menggunakan teknologi transformer untuk memprediksi probabilitas kalimat atau kata berikutnya dalam suatu percakapan ataupun perintah teks.
ChatGPT dibuat menggunakan model bahasa GPT-3.5 dan telah disetel (pendekatan pembelajaran transfer) menggunakan teknik pembelajaran terarah dan pengukuhan.
ChatGPT diluncurkan sebagai prototipe pada 30 November 2022, dan cepat menarik perhatian untuk respons yang detail dan artikulasi jawaban yang baik sepanjang domain pengetahuan yang banyak. Tetapi, akurasi faktual yang bervariasi telah diidentifikasi sebagai kekurangan yang signifikan.[2] Setelah peluncuran ChatGPT, penilaian OpenAI diperkirakan sebanyak US$29 miliar pada 2023.[3]
Pelatihan
ChatGPT dilatih dengan menggunakan milyaran kalimat dari berbagai sumber, sehingga model ini dapat menangkap berbagai gaya bahasa dan konteks percakapan. Selain itu, ChatGPT juga dapat dioptimalkan melalui fine-tunning dengan cara menambahkan data latih yang spesifik untuk tugas tertentu, sehingga hasilnya lebih akurat.
Walaupun ChatGPT dapat memberikan jawaban yang akurat untuk banyak pertanyaan, model ini masih memiliki batasan-batasan. ChatGPT tidak selalu dapat memberikan jawaban yang benar untuk pertanyaan yang bersifat subjektif, atau yang memerlukan pengetahuan yang spesifik dan up-to-date.
ChatGPT juga belum mampu memberikan informasi atau memahami konteks dari peristiwa setelah tahun 2021. Selain itu, ChatGPT juga membutuhkan data latih yang cukup banyak untuk dapat berfungsi dengan baik.
Anggota Komisi I DPR RI Christina Aryani mendorong Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) segera mendalami platform ChatGPT yang sedang ramai diperbincangkan publik.
"Kami dorong agar Kominfo segera mendalami dengan berpegang pada regulasi yang ada," kata Christina Aryani di Jakarta, Senin.
Ia memandang perlu Kominfo memastikan pemenuhan ketentuan sesuai dengan aturan penyelenggaraan sistem elektronik (PSE) lingkup privat dalam Permenkominfo Nomor 5 Tahun 2020.
"Platform yang ada di tengah masyarakat, termasuk ChatGPT, tentu harus sesuai dengan ketentuan PSE yang dikeluarkan Kominfo," katanya menegaskan.
Platform ChatGPT viral di kalangan publik. Aplikasi ini disebut bekerja seperti sistem pencarian Google yang berbentuk chat sehingga pengguna seperti tengah bertukar pesan.
Sistem chatbot besutan perusahaan kecerdasan buatan asal Amerika Serikat, Open AI, itu memiliki kemampuan yang mengagumkan.
ChatGPT dapat memberikan informasi ke pengguna dengan bahasa yang sangat natural, mirip saat sedang bertukar pesan dengan manusia.
(*)