Jika melewati Bukit Sentiong, kita bisa melihat makam-makam mereka yang tersusun di lereng-lereng bukit dengan bangunannya yang besar.
Makam warga Tionghoa di Sungai Penuh juga masih menggunakan tulisan Kanji China, sebagai simbolnya di batu nisan.
Kebanyakan dari mereka beragama Budha dan sebagian juga ada yang beragama Kristen bahkan juga ada yang beragama Islam atau mualaf.
Tahun 2018 tercatat di Sungai Penuh ada 96 penduduk yang beragama Budha dan kemungkinan sebagian besar merupakan masyarakat Tionghoa.
Sampai hari ini, warga Tionghoa hidup damai berdampingan dengan etnis dan suku lainnya di Kota Sungai Penuh, seperti masyarakat asli Sungai Penuh/Kerinci, Minang, Batak, Jawa dan suku lainnya.
Warga Tionghoa di Sungai Penuh telah turun menurun berkembang di Sungai Penuh dan juga ada yang menikah dengan masyarakat lokal. Mereka juga ikut jadi penopang perekonomian negeri baik dalam bidang perdagangan maupun jasa.
Jangan heran, jika Anda datang ke Sungai Penuh, akan banyak bertemu pemilik toko suku Tionghoa yang dalam kesehariannya berkomunikasi dengan ciri khas bahasa Minang. (dpc)
Sumber: www.jambiekspres.co.id