Dikatakan bahwa jumlah anak yang terkena dampak menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan rata-rata 2.000 kasus setiap bulan pada kelompok usia tersebut sepanjang 2021 dan 2022.
Kurangnya bahan bakar juga mengganggu pengumpulan limbah padat, yang menurut WHO menciptakan 'lingkungan yang kondusif bagi perkembangbiakan serangga, hewan pengerat yang dapat membawa dan menularkan penyakit secara cepat dan luas'.
Dikatakan bahwa 'hampir mustahil' bagi fasilitas kesehatan untuk mempertahankan tindakan dasar pencegahan infeksi, sehingga meningkatkan risiko infeksi para korban yang disebabkan oleh trauma, pembedahan, dan persalinan.
"Terganggunya kegiatan vaksinasi rutin, serta kurangnya obat-obatan untuk mengobati penyakit menular, semakin meningkatkan risiko percepatan penyebaran penyakit," ujar pihak WHO. (*)
Sumber: fajar.co.id