JAMBIUPDATE.CO, JAMBI - Remaja merupakan generasi yang diharapkan dapat meneruskan kehidupan bangsa. Masalah sosial remaja di Indonesia tidak hanya tentang tawuran, penyalahgunaan narkoba, dan seks bebas.
Tetapi beberapa diantaranya yang jarang disorot dan diperhatikan adalah seperti ketidaksetaraan pendidikan, kesehatan mental, kesehatan reproduksi, maraknya pekerja anak, kekerasan, keamanan digital, dan kemiskinan.
Tidak selesai dengan masalah-masalah yang tengah dihadapi remaja di Indonesia, tidak sedikit remaja di Indonesia yang merokok.
Mulai dari yang bersekolah di bangku SD hingga berlanjut ke tingkat SMA. Seperti dilansir dari Instagram resmi unicefindonesia dalam salah satu postingan mereka mengenai hari kesehatan nasional, Indonesia punya prevalensi perokok remaja tertinggi di dunia yaitu 11%".
Ini merupakan hal yang cukup mengkhawatirkan dimana angka ini terus meningkat dari tahun ke tahun.
Tingginya jumlah perokok remaja di Indonesia dapat dijelaskan oleh beberapa faktor berikut:
1. Aksesibilitas Produk Tembakau:
- Mudahnya mendapatkan produk tembakau dan harga yang terjangkau membuatnya lebih mudah diakses oleh remaja.
2. Pengaruh Budaya dan Iklan:
- Pengaruh budaya yang menggambarkan merokok sebagai sesuatu yang keren atau dewasa dapat mempengaruhi remaja. Selain itu, iklan tembakau yang menarik juga dapat memperkuat citra positif terkait merokok.
3. Kurangnya Pembatasan Iklan Tembakau:
- Meskipun telah ada upaya untuk membatasi iklan tembakau, kurangnya penegakan aturan dapat membuat iklan tembakau masih cukup merajalela, termasuk yang menargetkan remaja.
4. Kurangnya Kesadaran tentang Risiko Kesehatan:
- Sebagian remaja mungkin kurang menyadari dampak buruk merokok terhadap kesehatan mereka. Pendidikan kesehatan yang kurang atau tidak memadai dapat menjadi faktor ini.
5. Pengaruh Lingkungan dan Keluarga:
- Jika ada anggota keluarga atau teman sebaya yang merokok, remaja mungkin lebih cenderung ikut merokok karena pengaruh dari lingkungan terdekat.
6. Stres dan Tekanan Emosional:
- Beberapa remaja mungkin mulai merokok sebagai bentuk koping terhadap stres atau tekanan emosional yang mereka alami.
7. Kurangnya Penegakan Usia Minum:
- Penegakan hukum terhadap pembatasan usia untuk membeli rokok mungkin tidak selalu efektif, memungkinkan remaja untuk mendapatkan tembakau dengan relatif mudah.
8. Desain Kemasan yang Menarik:
- Desain kemasan produk tembakau yang menarik dapat mempengaruhi persepsi remaja dan meningkatkan daya tarik untuk mencoba merokok.
Upaya pencegahan dan pengendalian merokok pada remaja melibatkan berbagai langkah, termasuk pendidikan kesehatan yang efektif, perubahan dalam regulasi iklan tembakau, dan peningkatan penegakan hukum terhadap pembatasan usia. Hal ini juga tidak terlepas dari peran keluarga terutama orang tua dalam memberikan edukasi terhadap bahaya rokok bagi kesehatan remaja.(Mg1)