Abdur-Rahman kemudian disuruh menandatangani formulir pelepasan dan memberikan sidik jarinya, setelah menyerahkan keffiyeh.
Peristiwa itu benar-benar mengejutkannya. “Awalnya saya sangat takut, karena saya tidak berada di negara saya. Saya tidak punya hak dan mereka bisa melakukan apa saja terhadap saya. Saya tidak bisa bersuara, jadi saya takut,” katanya.
“Kemudian, ketakutan saya berubah menjadi patah hati. Patah hati tersebut semakin parah ketika saya menyadari bahwa ini hanyalah satu ons dari apa yang harus dilalui oleh orang-orang Palestina.”
Abdur-Rahman memutuskan untuk berbagi pengalamannya di Instagram. Ia mengatakan bahwa tidak ingin memberikan kesan yang salah tentang Mekah, yang merupakan tempat yang indah. Namun ia ingin menjelaskan bagaimana orang-orang Palestina “tidak memiliki suara.”
Pengalaman serupa diungkapkan jamaah lainnya. Dalam salah satu video yang dibagikan di media sosial pada 10 November, seorang pria Aljazair yang sedang menunaikan ibadah umrah di Arab Saudi mengaku ditangkap oleh otoritas Arab Saudi karena bersimpati dengan warga Palestina dan mendoakan mereka.