iklan
"Jadi untuk antisipasinya, sejak 2011 kami terus merekomendasikan kepada para pendaki supaya tidak mendekati kawah dari radius 3 kilometer. Sebab itu pula status Gunung Marapi dari 2011 selalu berada di level II atau waspada," ujar Ahmad Rifandi.

Alat Pemantau Aktivitas di Gunung Marapi

Sementara itu, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Hendra Gunawan mengatakan, peralatan yang disediakan untuk pemantauan gunung api di Gunung Marapi relatif lengkap. Namun, sifat Gunung Marapi dengan jenis erupsi freatik sangat sulit untuk dideteksi kapan datangnya.

"Sangat miskin gempa vulkanik di Gunung Marapi (saat dipantau menggunakan alat), gunung tersebut jarang menghasilkan gempa yang biasanya menjadi penanda erupsi pada umumnya gunung api," ungkap Hendra saat konferensi pers via zoom, Senin.

Akibat Gunung Marapi dengan jenis freatik, menyebabkan PVMBG terus merekomendasikan supaya berada di Level II. Tujuannya menurut Hendra, untuk menghindari resiko yang tidak diinginkan jika seandainya terjadi bencana di kemudian hari.

"Ini yang membuat masyarakat memandang gunung itu (Marapi) terkesan aman dan tidak apa-apa. Begini yang berbahaya, yang diam seperti ini. Secara visual memang tidak ada apa-apa," ujar Hendra. (*)


Sumber: tempo.co

Berita Terkait



add images