JAMBIUPDATE.CO, JAMBI- Gubernur Jambi Al Haris angkat bicara soal kasus kematian santri bernama Airul Harahap (13) oleh kedua seniornya AR (15) dan RD (14). Al Haris tak menyangka kejadian kriminalitas seperti itu terjadi didalam lingkup pondok pesantren. Kedepan ia meminta ada guru psikologis terkait pendidikan kejiwaan atau semacam Guru BK yang ada di sekolah umum.
Gubernur mengungkapkan dirinya tak menyangka kematian santri tersebut diatur secara sistematis seperti itu oleh para tersangka.
Untuk itu, Al Haris kini akan berkoordinasi dengan pihak Kemenag agar Ponpes se Provinsi Jambi harus ada guru Psikologis demi mengatur kelakuan santri agar tak melampaui batas perilaku.
"Ini yang harus kita ubah lagi, jika Ponpes sudah besar ini yang akan kita minta agar setiap Ponpes ada guru psikologisnya. Ini untuk semua Ponpes saya kira. Jika kalau di SMA-SMK ada guru BK (bimbingan konseling) di pesantren harus ada guru khusus psikologi, ini yang akan saya minta secepatnya," ujar Al Haris (24/3).
Al Haris menilai guru psikolog itu penting di Ponpes lantaran selain belajar soal akhlak dan agama, adanya guru soal kejiwaan dan mental anak juga penting. Ini bertujuan agar perilaku anak bisa dibaca karena Ponpes itu anak-anak yang menempuh pendidikan disana jauh terhadap orang tua dan keluarga.
"Ini kan bisa terlihat perilaku anak-anak kita, jika sudah mentalnya berubah, lalu sifatnya berubah. Ini kan penting adanya guru psikolog. Dan ini yang harus kita bawa ke semua Pondok Pesantren," ucap Al Haris.
"Saya harus pastikan ini agar kedepan setiap Ponpes di Jambi harus ada guru psikolog khusus. Ini harus segera ditindaklanjuti," akunya.
Selaku gubernur, ia nantinya akan secepatnya berbicara dengan Kemenag Jambi dan jika bisa Kemenag RI untuk membahas soal adanya tambahan pendidikan kejiwaan atau tenaga pendidik soal psikolog agar tidak ada lagi kejadian-kejadian tewasnya santri di Ponpes Jambi.
"Ini akan kita bicarakan lagi secepatnya mengenai hal ini, adanya guru Psikologis," terang Al Haris.
Al Haris mengaku dirinya prihatin atas kejadian di dunia pendidikan islam ini, dan dirinya mempercayakan prosesnya sesuai aturan yang berlaku di kepolisian.
"Jadi untuk kasus santri ini kan sekarang sudah ditangani pihak kepolisian, dan sudah ada tersangkanya. Kita perihatin melihat ada santri yang tega menghabisi nyawa temannya sendiri dan ini yang mesti kita ubah lagi segera sistem pendidikan santri di Ponpes di Jambi ini," kata Al Haris.
Dalam keterangan polisi, Airul Harahap (13) tewas ditangan kedua seniornya di loteng asrama Ponpes Raudhatul Mujawwidin pada 14 November 2023 lalu. Airul tewas dianiaya dengan cara dipukul menggunakan kayu hingga tewas.
Belakangan diketahui, tewasnya Ainul itu akibat persoalan hutang piutang sebesar Rp 10 ribu antara pelaku dan korban. Kedua pelaku sempat merekayasa kematian Ainul seolah tersengat listrik hingga akhirnya terbongkar karena dipukul. (aan)