iklan

JAMBIUPDATE.CO,- Pada 25 Maret 2024, DK PBB meloloskan resolusi gencatan senjata di Gaza selama Ramadan. Kesepakatan ini menjadi resolusi pertama PBB untuk menghentikan pertempuran tanpa veto dari Amerika Serikat.

Sebelumnya, pada 18 Maret 2024, Integrated Food Security Phase Classification (IPC) memperingatkan bahwa situasi di Gaza utara menghadapi kelaparan yang berisiko menyerang seluruh wilayah lainnya. 

“Sebelum krisis ini, ada cukup makanan di Gaza untuk memberi makan penduduk. Malnutrisi jarang terjadi. Sekarang, orang-orang sekarat dan banyak lagi yang sakit. Lebih dari satu juta orang diperkirakan akan menghadapi bencana kelaparan, kecuali secara signifikan lebih banyak makanan diizinkan memasuki Gaza,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti ditulis who.int.

Laporan pada Februari 2024 mencatat anak-anak Gaza utara yang berusia di bawah 5 tahun mengalami kekurangan gizi akut sebanyak 12,4-16,5 persen. Kondisi ini akan semakin memburuk lantaran tidak ada penambahan makanan, air, dan persediaan penting lainnya secara signifikan. Hampir semua rumah tangga sudah melewatkan makan setiap hari dan orang dewasa mengurangi waktu makan karena mengutamakan anak-anak.

Situasi di Gaza memiliki efek jangka panjang pada kesehatan ribuan orang. Saat ini, anak-anak sekarat karena efek gabungan dari kekurangan gizi dan penyakit lain. Selain itu, tidak sedikit orang mengalami malnutrisi sehingga lebih rentan terkena penyakit, mengalami pemulihan lambat, atau meninggal ketika terinfeksi. 

 

Lebih lanjut, IPC juga mengungkapkan bahwa kelaparan di Jalur Gaza berada pada level yang sangat buruk. Tanpa adanya gencatan senjata dan peningkatan pasokan bahan makanan ke area-area yang terputus akibat perang, maka bisa terjadi kematian massal. IPC mengatakan ada 70 persen warga di utara Gaza menderita akibat pasokan bahan makanan yang tak mencukupi. Lebih dari 20 persen rumah tangga di wilayah itu, dinilai masuk kategori kelaparan. 

IPC juga memperkirakan warga Gaza bisa mati karena kelaparan dalam waktu dekat. Perkiraan tersebut berdasarkan pada ada dua orang yang meninggal dunia dari 10.000 orang sekarat karena kelaparan atau gizi buruk dan penyakit.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 27 anak dan tiga dewasa meninggal karena gizi buruk. Keputusan politik dibutuhkan untuk mencegah kelaparan berkepanjangan. Selain itu, gencatan senjata bersama yang signifikan, bantuan kemanusiaan ditingkatkan, dan serta akses komersial ke seluruh wilayah Gaza juga perlu diutamakan. 

Sebanyak 1,1 juta jiwa atau sekitar setengah dari total populasi Gaza sekarang mengalami bencana kekurangan bahan makanan. Selain itu, sekitar 300.000 area sedang menghadapi kemungkinan kelaparan mematikan. Kondisi kelaparan di Gaza ini membuat Israel dikritik oleh negara-negara Barat sejak serangan 7 Oktober 2023. 

Menanggapi kondisi ini, WHO mendukung pusat stabilisasi nutrisi di Rafah untuk merawat anak-anak dengan malnutrisi akut yang parah dengan komplikasi medis risiko tertinggi kematian terdekat. Selain itu, WHO juga memberikan dukungan kepada kepada rumah sakit Kamal Adwan dan rumah sakit lapangan Korps Medis Internasional di Rafah. Saat ini DK PBB juga meloloskan gencatan senjata yang dapat memberikan bantuan kepada medis di Jalur Gaza. (*)


Sumber: tempo.co

Berita Terkait



add images