JAMBIUPDATE.CO,- Pembicaraan mengenai gencatan senjata di Gaza mencapai jalan buntu setelah serangan Israel di kota Rafah, kata Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani pada Selasa, 14 Mei 2024.
Operasi militer Israel di Rafah telah berujung pada penutupan titik perlintasan utama yang berbatasan dengan Mesir, menghambat masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza yang sedang berada dalam krisis.
Tank-tank Israel bergerak lebih jauh ke Rafah timur dan mencapai beberapa distrik pemukiman pada Selasa, menyerbu kota tempat berlindung bagi lebih dari satu juta orang warga Gaza yang terpaksa mengungsi sejak serangan Israel dimulai.
“Apalagi dalam beberapa minggu terakhir, kita telah melihat beberapa momentum yang terbangun. Namun sayangnya, keadaan tidak berjalan ke arah yang tepat dan saat ini kita berada dalam status hampir menemui jalan buntu. Tentu saja, apa yang terjadi dengan Rafah membuat kita mundur,” kata Sheikh Mohammed pada forum ekonomi di Doha.
Mediator dari Mesir dan Qatar telah berupaya menengahi perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, namun negosiasi terhenti pekan lalu setelah Israel menolak proposal yang diajukan. Sheikh Mohammed mengatakan Qatar akan terus berupaya menyelesaikan situasi tersebut.
“Kami memperjelas kepada semua orang: tugas kami terbatas pada mediasi,” katanya. “Itulah yang akan kami lakukan, itulah yang akan terus kami lakukan.”
Perdana menteri itu mengatakan perbedaan mendasar antara Hamas dan Israel adalah mengenai pembebasan sandera dan mengakhiri perang.
“Kami memperjelas kepada semua orang: tugas kami terbatas pada mediasi,” katanya. “Itulah yang akan kami lakukan, itulah yang akan terus kami lakukan.”
Perdana menteri itu mengatakan perbedaan mendasar antara Hamas dan Israel adalah mengenai pembebasan sandera dan mengakhiri perang.
Ada satu pihak yang ingin mengakhiri perang lalu membicarakan sandera, dan ada pihak lain yang menginginkan kembalinya sandera dan melanjutkan perang. Selama tidak ada kesamaan antara kedua hal itu maka kita tidak akan mencapai hasil,” katanya.
Serangan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 35.173 orang dan membuat 79.061 lainnya luka-luka, menurut penghitungan Kementerian Kesehatan Gaza. Israel memulai agresinya setelah Hamas menyerbu wilayah Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan 1.139 orang dan menyandera lebih dari 250 lainnya, menurut penghitungan AlJazeera berdasarkan angka resmi Israel.
Sheikh Mohammed memperingatkan bahwa bahkan terdapat risiko meningkatnya radikalisasi jika perang berhenti tanpa rencana penyelamatan yang jelas di Gaza.
“Kami sangat khawatir setelah semua gambar ini melihat gelombang radikalisasi lainnya. Jadi keamanan adalah kunci bagi kami di kawasan ini. Kami perlu menjaganya semaksimal mungkin,” ujarnya. (*)
Sumber: tempo.co