iklan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian. (REUTERS/Issei Kato)

 

JAMBIUPDATE.CO,- Presiden Iran Ebrahim Raisi bersama Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian dan para pejabat yang mendampinginya telah meninggal dunia dalam kecelakaan helikopter yang tragis di Provinsi Azerbaijan Timur, Iran, demikian pernyataan resmi media pemerintah Iran, Senin, 20 Mei 2024.

Amir-Abdollahian dikenal sebagai diplomat tangguh dari Iran yang pemahaman geopolitik timur tengah yang dalam. Visinya untuk kebijakan luar negeri Iran memprioritaskan hubungan dengan negara-negara tetangga dan kekuatan regional untuk memastikan stabilitas dan kerja sama yang saling menguntungkan. Amir-Abdollahian juga dikenal dengan sentimen anti-Israel yang keras dan skeptis terhadap Barat.

Perjalanan Hidup Amir-Abdollahian

Lahir pada 1960 di Damghan, sekitar 320 kilometer sebelah utara Teheran, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian pindah bersama keluarganya ke ibu kota pada usia enam tahun, setelah ayahnya meninggal dunia.

Pada 1991, Amir-Abdollahian meraih gelar sarjana di bidang hubungan internasional dari Sekolah Hubungan Internasional di Teheran. Dia melanjutkan perjalanan akademisnya dengan memperoleh gelar master di bidang hubungan internasional dari Universitas Teheran. Kemudian, ia menyelesaikan gelar doktoral di bidang hubungan internasional.

Karier diplomatiknya dimulai pada awal tahun 1990-an, dengan penugasan yang mencakup berbagai peran di Kementerian Luar Negeri Iran. Dia dengan cepat mendapatkan pengakuan atas pemahamannya yang mendalam tentang politik regional.

Ia menjadi sukarelawan dalam Perang Iran-Irak dari 1980 hingga 1988. Pengalaman ini, menurutnya, memengaruhi keputusannya untuk bergabung dengan desk Irak di Kementerian Luar Negeri Iran pada 1990 dan 1991.

Selama masa jabatannya sebagai Wakil Menteri Luar Negeri untuk Urusan Arab dan Afrika dari 2011-2016, Amir-Abdollahian berperan penting dalam mengelola hubungan Iran dengan negara-negara Arab dan Afrika. Dia memainkan peran penting dalam membentuk kebijakan Iran terhadap perang melawan terorisme di Suriah, mempertahankan hubungan yang kuat dengan Damaskus.

Setelah menjabat sebagai Wakil Menteri Luar Negeri, Amir-Abdollahian ditunjuk sebagai ajudan khusus ketua Parlemen Iran untuk urusan internasional. Dalam perannya ini, ia terus mempengaruhi kebijakan luar negeri Iran, terutama dalam membina diplomasi parlemen dan memperkuat hubungan legislatif dengan negara-negara lain.

“Qassem Soleimani” Bidang Diplomasi

"Amir-Abdollahian adalah Qassem Soleimani di bidang diplomasi," seorang anggota parlemen Iran menggambarkannya setelah dia dicalonkan oleh Presiden Ebrahim Raisi untuk posisi menteri luar negeri.

Ditunjuk oleh Raisi, Amir-Abdollahian mulai menjabat sebagai Menteri Luar Negeri pada Agustus 2021. Penunjukannya dipandang sebagai langkah strategis untuk meningkatkan upaya diplomatik Iran di tengah negosiasi yang sedang berlangsung mengenai kesepakatan nuklir dan ketegangan regional. Kunjungan bilateral resmi pertamanya adalah ke Suriah, di mana ia bertemu dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk menegaskan kembali dukungan Iran bagi negara tersebut.

Sebagai menteri luar negeri, Amir-Abdollahian telah menekankan pendekatan yang seimbang, mengadvokasi aliansi regional yang kuat sementara juga mengejar dialog konstruktif dengan kekuatan Barat. Dia telah menjadi tokoh kunci dalam negosiasi untuk menghidupkan kembali Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), yang dikenal sebagai kesepakatan nuklir Iran.

Ia memprioritaskan peningkatan hubungan dengan negara-negara tetangga dan memperkuat kehadiran Iran di organisasi-organisasi regional. Upaya diplomatiknya telah melibatkan kunjungan-kunjungan penting ke berbagai negara, partisipasi dalam pembicaraan multilateral, dan upaya-upaya untuk meredakan konflik regional.

Masa jabatan Amir-Abdollahian sebagai diplomat tertinggi Iran juga ditandai dengan aktivitas diplomatik yang intensif untuk mengakhiri isolasi Iran dan mengimbangi dampak sanksi AS yang melumpuhkan.

Dia secara khusus berusaha untuk menjalin hubungan dengan negara-negara tetangga Arab Republik Islam, termasuk Arab Saudi.

Dalam kesepakatan penting yang ditengahi oleh Cina, Teheran dan Riyadh sepakat pada Maret 2023 untuk memulihkan hubungan dan membuka kembali kedutaan besar masing-masing.

Sembari mempertahankan aliansi yang kuat dengan mitra-mitra Timur seperti Rusia dan Cina, ia juga mengadvokasi keterlibatan konstruktif dengan negara-negara Eropa dan komunitas internasional yang lebih luas.

Selain itu, ia juga mempromosikan diplomasi multilateral untuk mengatasi tantangan global dan meningkatkan peran Iran di panggung internasional.

Sejak dimulainya perang genosida Israel terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, Amir-Abdollahian tidak berhenti mendesak pihak-pihak internasional untuk bertindak, mengutuk "Israel", dan menuntut gencatan senjata segera untuk mengakhiri agresi Israel.

Diplomat tertinggi Iran juga telah menegaskan kembali dalam sebuah wawancara eksklusif untuk Al Mayadeen dukungan negaranya yang tak tergoyahkan untuk faksi-faksi Poros Perlawanan yang bertindak secara independen dan memiliki keputusan akhir mengenai tindakan mereka. (*)


Sumber: tempo.co

Berita Terkait



add images