JAMBIUPDATE.CO,- Sheikha Moza binti Nasser, ketua dan pendiri Education Above All Foundation (EAA), telah menyuarakan kemarahannya atas kurangnya tindakan global terhadap kekejaman yang sedang berlangsung yang dilakukan di Jalur Gaza oleh Israel.
Pernyataan ibunda Emir Qatar ini merupakan bagian dari pidatonya, Senin, 9 September 2024, dalam sebuah acara yang menandai Hari Internasional untuk Melindungi Pendidikan dari Serangan, yang diselenggarakan di Pusat Konvensi Nasional Qatar.
Acara ini dihadiri oleh para pejabat tinggi, termasuk Perdana Menteri Yaman Ahmed Awad bin Mubarak dan Ibu Negara Brasil Rosangela Lula da Silva, di antaranya.
Dalam pidato yang berjudul “"Kami Mengecewakanmu, Anak-anak Gaza", Sheikha Moza mengecam UNESCO yang diam saja atas serangan Israel di Gaza.
Pidato ini menekankan bahwa korban jiwa akibat perang di Jalur Gaza "tidak dapat diterima oleh siapa pun yang memiliki hati nurani, moral, atau prinsip-prinsip kemanusiaan".
"Saya benar-benar marah, marah pada skala dan jumlah kejahatan yang dilakukan di Gaza. Saya marah pada kebungkaman yang terang-terangan yang telah mengekspos kurangnya rasa kemanusiaan kita. Kemanusiaan kita telah lenyap, kehilangan kemuliaannya sama sekali di hadapan kebiadaban penjajah (Israel)," kata Sheikha Moza, seperti dikutip Doha News.
Ia juga mengecam "komunitas internasional yang mengaku beradab" atas sikap diam dan standar ganda mereka terhadap krisis, perang, dan konflik global - khususnya perang Israel di Jalur Gaza.
"Saya marah kepada para pemimpin yang mengoceh tentang hak asasi manusia dan mandat hukum internasional, namun tidak mengatakan apa-apa tentang genosida yang terjadi di Gaza," katanya. "Apa yang kita saksikan di Gaza telah menanggalkan tabir kesopanan yang dibayangkan dunia dan membuka kedok kebrutalannya."
Sheikha Moza meminta perhatian pada krisis kemanusiaan yang memburuk di wilayah tersebut, mengkritik apa yang ia gambarkan sebagai "kebisuan yang mencolok" dalam menghadapi genosida yang berjalan lambat.
"Sudah terlalu lama kita menyaksikan dengan ngeri bagaimana anak-anak tak berdosa, masa depan Palestina, dibom, kelaparan, dan kehilangan martabat kemanusiaan," ujarnya, dengan nada emosional.
"Dan sudah terlalu lama, dunia menutup mata. Diamnya dunia bukan hanya keterlibatan, tapi juga pengkhianatan."
Palestina Butuh Bantuan
Pernyataannya muncul ketika Gaza terus menderita di bawah blokade yang membuat jutaan warga Palestina sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan. Sheikha Moza meminta para pemimpin dunia, organisasi internasional dan masyarakat sipil untuk menghadapi apa yang ia sebut sebagai "penindasan sistemik dan penghapusan yang disengaja" terhadap rakyat Palestina.
"Dunia berjanji 'Tidak Akan Pernah Terjadi Lagi' setelah kengerian di abad ke-20. Namun, di sinilah kita, menyaksikan tragedi lain terjadi, tanpa pertanggungjawaban," ujarnya, sambil menarik perbandingan antara situasi saat ini di Gaza dengan kekejaman sejarah yang mendapat kecaman global.
Sheikha Moza, yang telah lama memperjuangkan hak-hak masyarakat yang rentan melalui inisiatif pendidikannya, secara khusus menekankan dampak yang sangat buruk terhadap anak-anak Palestina. "Ini bukan hanya statistik atau korban jiwa. Ini adalah anak-anak yang dirampas masa kecilnya, impiannya, dan masa depannya. Kita telah mengecewakan mereka."
Pidatonya mendapat pujian luas dari kelompok-kelompok hak asasi manusia dan para aktivis di seluruh kawasan. Namun, hal ini juga menggarisbawahi rasa frustrasi yang meningkat di antara para pemimpin dan warga Arab, yang melihat tanggapan internasional tidak proporsional dibandingkan dengan krisis global lainnya.
Qatar telah lama menjadi pendukung vokal perjuangan Palestina, memberikan bantuan kemanusiaan dan dukungan diplomatik. Dalam menutup sambutannya, Sheikha Moza bersumpah bahwa Qatar akan melanjutkan upayanya untuk memberikan bantuan dan menyerukan keadilan, tetapi mendesak komunitas global untuk "sadar" akan realitas pengepungan yang sedang berlangsung.
“Anak-anak Gaza tidak bisa menunggu. Kita mesti bertindak, atau Sejarah akan menghakimi kita untuk kebungkaman kita.” (*)
Sumber: tempo.co