iklan

JAMBIUPDATE.CO, JAMBI- Tampilnya pasangan H Abdul Rahman dan H Andi Muhammad Guntur Muchtar di kontestasi Pemilihan Wali Kota (Pilwako) Jambi 2024 menjadi antitesis kluster elite kelompok sosial yang biasa dipilih menjadi kandidat calon pemimpin di daerah.

Pasangan yang mendapat nomor urut 2 ini dinilai berbagai kalangan sebagai pemimpin yang tumbuh dan berdialektika di tengah masyarakat. Calon pemimpin yang memiliki karakter yang kuat dan tidak menjadi "boneka" kepentingan dari elite politik daerah.

"Saya lihat masyarakat lebih mempercayai sosok-sosok calon pemimpin yang berhasil dalam melaksanakan program program yang bagus dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Dalam hal ini Har Guntur bisa memenuhi kriteria ini," kata Dr Noviardi Ferzi pengamat senior Jambi, Kamis (26/9/2024).

Bahkan, kata Noviardi Rahman-Guntur melahirkan fenomena disrupsi elektoral sebagai goncangan kultur dan sistem pelaksanaan pilkada yang memberikan ruang politik bagi tampilnya calon pemimpin yang memiliki rekam jejak keberhasilan. 

Sebuah momentum yang meruntuhkan secara signifkan dominasi kepentingan elite yang semakin tunduk pada kepentingan dan aspirasi masyarakat arus bawah. Sebuah fenomena peralihan yang cepat dari kelaziman mengusung calon pemimpin daerah yang hanya sekadar bermodal popularitas maupun memiliki uang banyak kepada calon pemimpin daerah yang benar benar mempunyai karya yang gemilang.

Selama proses pilkada langsung dan serentak dilaksanakan, kluster elite sosial yang lazim dicalonkan adalah dari kalangan pimpinan parpol, mantan pejabat sipil-militer, pejabat birokrasi aktif, pengusaha, hingga keluarga mantan bupati.

"Tidak pernah atau jarang calon pemimpin daerah memiliki basis rekam jejak prestasi dan legacy sebagai pemimpin dari bawah," katanya.

Padahal, menurut Noviardi, kapasitas kepemimpinan yang dibutuhkan Kota Jambi adalah mendorong berbagai program inovasi dan kemandirian masyarakat, serta memiliki kapabilitas-integritas sebagai pemimpin yang visioner. Bukan sekedar bagi-bagi APBD, mengutamakan alokasi anggaran tanpa inovasi 

"Tampilnya Rahman-Guntur saya nilai membuka cakrawala politik kepemimpinan yang inklusif. Hal ini menjadi catatan politik yang bagus, karena tokoh dengan kemampuan membangun Jambi maju menjadi kandidat calon wali kota dan wakil wali kota," kata pengamat yang dikenal kritis tersebut.

Dikatakannya, sosok H Abdul Rahman yang lama menjadi Ketua RT memiliki legacy membawa model pembangunan kota. 

Hal ini menegaskan bahwa hal yang ideal jika seorang calon pemimpin daerah memiliki rekam jejak yang gemilang dalam kepemimpinan dari bawah.

"Pilkada 27 November ini adalah pilkada transisional. Pilkada yang akan menjadikan masyarakat semakin melek politik bahwa memilih calon pemimpin tidak seperti membeli kucing dalam karung. Hanya sekadar memilih calon pemimpin yang ditentukan oleh oligarki kekuatan politik yang dominan," pungkasnya.(*)


Berita Terkait



add images