JAMBIUPDATE.CO, MUAROJAMBI - Dalam upaya mendukung target Indonesia menuju Net Zero Emission pada tahun 2060, sebuah Program Pengabdian kepada Masyarakat dilaksanakan oleh Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 7 Muaro Jambi.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan literasi mengenai mitigasi gas rumah kaca (GRK) melalui pemanfaatan sampah organik sekolah untuk menghasilkan biochar.
Kegiatan pengabdian Masyarakat ini diketuai oleh Prof. Drs. Damris Muhammad., M.Sc., Ph.D. dengan 4 orang anggota yakni Ir. Edwin Permana., ST., MT., Dr. Intan Lestari, S.Si., M.Si., Nurul Pratiwi,M.Si, dan Martina Asti Rahayu, M.Si. Dalam kegiatan ini, diperkenalkan teknologi konversi sampah organik menjadi biochar menggunakan tungku dan reaktor sederhana yang terbuat dari kaleng aluminium bekas.
Biochar adalah produk pirolisis yang dikenal mampu menurunkan emisi GRK, sehingga program ini tidak hanya berkontribusi pada pengelolaan sampah, tetapi juga pada mitigasi perubahan iklim.
SMP Negeri 7 Muaro Jambi, yang pernah memenangkan lomba Adiwiyata tingkat Kabupaten, dipilih sebagai mitra karena sekolah ini memiliki komitmen kuat terhadap lingkungan. Oleh karena itu, dalam upaya pentingnya peningkatan literasi tentang mitigasi GRK melalui program ini menjadi sangat relevan.
Program pengabdian ini tidak hanya memberikan penyuluhan mengenai pentingnya mitigasi GRK, tetapi peserta diajak untuk mempraktikkan langsung proses konversi sampah organik menjadi biochar. Prof. Damris selaku ketua pada program pengabdian Masyarakat ini menjelaskan bahwa pembuatan biochar dari sampah organik dilakukan dengan metode sederhana menggunakan pembakaran tertutup.
Bahan organik yang dikumpulkan dimasukkan ke dalam tong atau reaktor pirolisis. Reaktor atau wadah tersebut kemudian dipanaskan tanpa adanya pasokan oksigen yang cukup untuk pembakaran sempurna.
Akibatnya, bahan organik tersebut tidak berubah menjadi abu, melainkan terkarbonisasi menjadi biochar. Biochar yang dihasilkan dapat digunakan sebagai amendemen tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah, menyerap nutrisi, dan memperbaiki struktur tanah. Selain itu, biochar juga dapat digunakan untuk meningkatkan retensi nitrogen dan mengurangi emisi gas rumah kaca dari tanah.
Peserta, yang terdiri dari guru dan karyawan menunjukkan antusiasme tinggi selama kegiatan berlangsung. Peserta tidak hanya sekadar mendengarkan, tetapi juga aktif bertanya tentang proses pembuatan biochar serta dampak positifnya terhadap lingkungan.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak jangka panjang bagi komunitas sekolah, khususnya dalam hal meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya menjaga lingkungan. Program ini juga menjadi bagian dari upaya mencapai target Indonesia dalam mengurangi emisi GRK, serta menjadi contoh konkret bagaimana kita dapat berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim.(*)