Menurut PS Semurup, Panitia Piala Bupati mengambil keputusan tersebut tanpa mempertimbangkan itikad baik kami, tanpa menghargai skor pertandingan sebelumnya, serta tanpa menunjukkan surat protes resmi ataupun meminta klarifikasi dari pihak kami sebagai tim yang dipersoalkan. Hal ini menunjukkan bahwa proses yang terjadi tidak mengedepankan asas keadilan, keterbukaan, dan profesionalisme.
"Dengan kondisi yang sangat merugikan tersebut, kami tidak melihat adanya ruang bagi tim kami untuk mendapatkan perlakuan yang setara. Oleh karena itu, demi menjaga martabat tim, pemain, serta sportivitas sepak bola Kerinci, kami menyatakan mengundurkan diri dari ajang Bupati Cup Kerinci," tulisannya.
Aktivis Kerinci, Fadil menilai terdapat kontradiksi informasi terkait keputusan pertandingan ulang. Ia menyebut sejumlah pemberitaan menyatakan telah terjadi kesepakatan antara kedua manajer tim, panitia, dan PSSI Kerinci. Namun, langkah tegas PS Semurup yang memilih mundur dan membawa persoalan ke ranah hukum menunjukkan kesepakatan itu tidak benar-benar tercapai.
“Kami melihat hal ini akan menjadi konflik berkepanjangan jika tidak ada keadilan dari PSSI Kabupaten Kerinci,” tegas Fadil.
Ia juga meminta Pemerintah Kabupaten Kerinci turun tangan demi menjaga sportivitas dan integritas turnamen. “Insiden ini telah mencoreng prinsip fair play sepak bola Kerinci,” ujarnya.
Jika laporan resmi PS Semurup benar-benar masuk ke kepolisian, dinamika Bupati Cup Kerinci diprediksi berubah drastis. Fokus turnamen tidak lagi hanya soal adu kemampuan di lapangan, tetapi juga menyangkut proses hukum atas dugaan pelanggaran yang terjadi di luar pertandingan.(Hdp)
