iklan DIRAWAT INTENSIF: Raisa, bayi penderita kista di paru-paru saat ini 
masih dirawat intensif di ruang perawatan isolasi I RSUD Raden Mattaher.
DIRAWAT INTENSIF: Raisa, bayi penderita kista di paru-paru saat ini masih dirawat intensif di ruang perawatan isolasi I RSUD Raden Mattaher.
Raisa hanya bisa terbaring lemah di ruang perawatan isolasi I RSUD Raden Mattaher. Di usia yang baru dua bulan ini, Raisa mesti menanggung derita akibat kista yang tumbuh di paru-parunya.

Kista itu menyumbat saluran pernafasan dan mengganggu jalan nafas Raisa. Putri keempat pasangan Efendi dan Sri Wahyuni ini tak pernah lepas dari selang oksigen. “Sudah lebih sebulan ini anak saya tak pernah lepas dari selang oksigen, dilepas sebentar badannya langsung membiru,” sebut Efendi, ayah Raisa.

Warga RT 9, Kelurahan Arab Melayu, Seberang Kota Jambi ini, Selasa (25/2) mengisahkan, awalnya putri bungsunya ini lahir dalam kondisi normal. Hanya saja, beberapa hari setelah kelahirannya, dia melihat dua sisi perut Raisa seperti menyusut, dan kesusahan bernafas. “Anak saya di perutnya seperti menyusut, Dia kesusahan bernafas,” katanya.

Raisa pun kemudian dirawat di RSUD Raden Mattaher. “Sudah sebulan lebih anak saya dirawat, untuk bernafas anak saya mesti dibantu oksigen,” katanya.
--batas--
Selang oksigen tak lepas dari Raisa, bahkan untuk minum susu mesti dibantu dengan selang. Untuk bisa sembuh, Efendi menyatakan, mesti dioperasi. Namun, operasi tak bisa dilakukan di Jambi. “Dokter bilang operasi harus di Jakarta,” katanya.

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai penarik ketek di Sungai Batanghari ini mengatakan, rujukan ke RS yang lebih lengkap peralatannya di Jakarta sudah keluar. Hanya, saja dirinya kebingungan butuh biaya untuk berangkat dan biaya hidup selama perawatan di Jakarta. “Kalau berobatnya ditanggung BPJS, yang kami bingung biaya untuk berangkat dan juga hidup di sana, kami belum tahu juga berapa lama anak saya dirawat di sana,” sebutnya.

Dia berharap, adanya bantuan dari pemerintah dan juga donatur yang mau membantu. “Untuk hidup sehari-hari pun kami sudah bingung, sudah sebulan ini saya tidak nambang lagi menunggu anak saya ini, ditambah lagi penumpang ketek sekarang juga sepi,” ujarnya.

Diakuinya, memang sudah ada donatur yang mengulurkan bantuan. Satu diantara yayasan yang ada di Jambi juga sudah menawarkan untuk membantu biaya akomodasi dan biaya hidup. Namun menurutnya, bantuan itu juga belum pasti. “Saya berharap ada bantuan dari pemerintah dan juga donatur lainnya untuk pengobatan anak saya,” sebutnya.

sumber: jambi ekspres

Berita Terkait



add images