iklan TINJAU: Ambo Tang saat meninjau proyek fisik
TINJAU: Ambo Tang saat meninjau proyek fisik
MUARASABAK, Alat berat excavator yang menjadi salah satu  program andalan H. Zumi Zola Zulkifli dan H. Ambo Tang, bupati dan wakil bupati Kabupaten Tanjab Timur periode 2011-2016, mulai menampakan hasil kerjanya di tahun ketiga pemerintahan duet ini.  

Setahun setelah diluncurkan ke masing-masing 11 kecamatan yang tersebar di Kabupaten Tanjab Timur, kinerja alat berat  multifungsi ini mampu memperlihatkan efektifitas dan penghematan dari sisi  pengeluaran belanja daerah.

Evaluasi terhadap bantuan ini sekaligus membuktikan bahwa kalkulasi awal yang dilakukan Zumi Zola Zulkifli dan Ambo Tang, terhadap program alat berat ini memang tidak keliru.  Rata-rata dalam setahun berjalan sejak diluncurkan, satu excavator mampu menangani hingga 19,69 Km dengan hanya menghabiskan biaya operasional sebesar Rp 10 juta lebih.

Sejak diluncurkan pada tahun 2011 hingga 2013, keberhasilan program ini mampu menghemat anggaran hingga 15 Miliar rupiah lebih, itu pun sudah dikurangi beban oprasional dan belanja excavator sebesar 18 miliar rupiah lebih.

Terobosan dengan meluncurkan bantuan alat berat excavator ini terbilang unik dan penuh kreasi. Karena baru pertama kali untuk Provinsi Jambi, pemerintahan  mengadakan  alat berat yang  ditempatkan di tiap kecamatan. Alat berat ini bahkan dirujuk menjadi ujung tombak untuk mendobrak sulitnya medan, terutama di wilayah pedalaman Tanjab Timur yang  masih minim  sentuhan pembangunan.

“Paling tidak, petani kita di wilayah yang masih minim sarana infrastruktur jalan, dapat terbantu dengan adanya alat berat ini,” tukas Zumi Zola.

Luncuran alat berat excavator ini, memang tidak terlepas dari  bentang alam pesisir timur. Yang menjadi pembeda Kabupaten Tanjab Timur dengan daerah lainnya di Provinsi Jambi.  Separuh dari luas kabupaten berjuluk “Bumi Sepucuk Nipah Serumpun Nibung”  adalah rawa gambut dan perairan pasang surut.  Karena itu,  peluncuran program pembangunan pun mesti  menyesuaikan dengan lingkup  alam tersebut.

Bukan apa? Dengan faktor medan yang demikian, tingkat   kesukaran pembangunan di kabupaten yang berada di garis pantai Laut Cina Selatan itu, juga berada di level tinggi. Dibutuhkan pembiayaan yang  besar pula untuk mendorong pertumbuhan pembangunan di daerah ini. Dansudah dipastikan pula, resiko yang dihadapi pun cukup tinggi.

Bagi masyarakat pesisir, kontur alam dan cuaca di garis pantai tentulah tidak berpengaruh. Namun bagi  sebagian masyarakat luar, khususnya pendatang  tentulah kondisi ini menjadi kesulitan tersendiri.

Selain rawa gambut,  iklim perairan pesisir  timur yang pasang surut, kerap pula dilanda dengan perubahan cuaca ekstrem yang sukar ditebakkapan datangnya. Bila pasang besar, seringkali lahan perkebunan  masyarakat terendam air laut.  Sehingga tanaman pertanian dan perkebunan masyarakat mati.
--batas--
Kondisi itu diperberat lagi dengan petani yang mengeluhkan akan  sulitnya mengangkut hasil pertanian, lantaran terbenturnya akses jalan darat yang tidak memadai.  Sementara bila menggunakan jalur sungai untuk mengangkut hasil panen dari lahan pertanian dan kebun mereka, sangat dibutuhkan biaya tinggi.  Karena ongkos angkut menjadi dua kali lipat.  

Berpijak dengan khasanah alam yang demikian tinggi faktor kesulitannya, masih pula ditambah dengan sarana infrastruktur yang belum memadai inilah, yang  membuat Bupati Tanjab Timur Zumi Zola Zulkifli,mesti mencari cara efisien untuk mengatasi beratnya medan. Dan cara itu sebenarnya sudah dalam pemikirannya saat  Ia mencalonkan  bupati.

Gagasan itu sendiri makin diyakininya akan berjalan efektif saat di awal masa jabatannya Ia menyusuri wilayah pesisir Tanjab Timur. Tak jarang dalam perjalanan dinasnya Ia mesti berjibaku mengatasi sulitnya menjangkau wilayah yang dituju. Bahkan tak sekali Zumi Zola berkubang lumpur.   Disana pula, Ia kerap melihat dan mendengar langsung keluhan warganya terhadap sarana jalan.Belum lagi hantaman pasang air laut yang merendam lahan.

Rendaman air pasang ini, bahkan akan lebih parah saat memasuki musim hujan. Membuat limpasan air makin besar. Sehingga banjir pun kerap menerjang pemukiman dan lahan pertanian. Kejadian ini sering melanda kawasan Delta Berbak.

Bagi masyarakat pesisir, parit  sudah menjadi urat nadi kehidupan. Selain menjadi batas  antar perkampungan, parit  digunakan sebagai sumber pengairan dan perkebunan.

Beranjak ditahun ketiga pemerintahannya, ternyata langkah Zumi Zola, meluncurkan excavator ini,  terbukti efektif. Selain berfungsi sebagai alternatif mengatasi  pembuatan jalan, tanggul dan pengairan, pengadaan excavator di tiap kecamatan ini,  mampu mengirit anggaran belanja daerah.

Selain mengupas  jalan, alat berat ini pun menjadi multifungsi. Berkat keunggulannya dalam bergerak dan daya jangkau pengeruknya yang panjang. Sehingga dapat  menormalisasikan parit-parit yang mengalami pendangkalan untukpengairan lahan pertanian. Sekaligus membuat tanggul untuk mengantisipasi banjir di waktu musim hujan, atau menahan limpasan pasang besar.

Merujuk dari  efektifitas yang dihasilkan kinerja menggunakan excavator ini,  Zumi Zola, bahkan mengatakan tidak akan menutup kemungkinan bila bantuan alat berat ini, bila memungkinkan bisa ditambah lagi untuk digenapkan dua unit excavator di tiap kecamatan.

“Kalau melihat kinerja alat berat ini, berkemungkinan kita bisa menambah bantuan alat berat ini menjadi   dua unit untuk tiap kecamatan. Karena terbukti bisa efisiensi dalam belanja anggaran,” tukas Zumi Zola. (ADV)

Berita Terkait



add images