iklan KEGIATAN: Kegiatan Konsultasi Publik Pengelolaan Lahan Gambut di Tanjabbar
KEGIATAN: Kegiatan Konsultasi Publik Pengelolaan Lahan Gambut di Tanjabbar
KUALATUNGKAL , Selain dikenal sebagai daerah perairan, Kabupaten Tanjung Jabung Barat juga memiliki kawasan dengan tekstur tanah berbentuk lahan gambut. Dengan luas kurang lebih 11.050 hektar kawasan Hutan Lindung Gambut (HLG) di Tanjabbar hampir 50 persennya sudah Terokupasi.

Data tersebut, disampaikan Kasubdin Bappeda Tanjabbar, Gusmardi, saat Konsultasi Publik yang diadakan KKI WARSI dengan tema Peran Strategis Kabupaten Tanjabbar dalam Implementasi Pengelolaan Gambut Berkelanjutan Melalui Model Climate Smart Agriculture (CSA) dan Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM), dikatakannya hampir 50 persen lahan yang terokupasi tersebut berada dibeberapa kecamatan yaitu, Kecamatan Bram Itam, Kecamatan Betara, Kecamatan Pengabuan dan Kecamatan Senyerang. ”Data terbaru yang kita peroleh dari Dinas Kehutanan, bahwa lebih dari lima ribu hektar kawasan Hutan Lindung Gambut yang sudah terokupasi,” jelasnya.

Beberapa kendala terkait tingginya tingkat okupasi di kawasan HLG diantaranya adalah minimnya pemahaman terkait status kawasan hutan lindung. Ini dikatakan Gusmardi memicu kepemilikan lahan di areal HLG. ”HLG ini ditetapkan sejak tahun 1999an, tapi hingga saat ini masyarakat belum juga mengerti kawasan itu dilindungi dan bahkan ada jual beli lahan di kawasan itu,” tambahnya.

Keberadaan hutan gambut tropis sendiri memegang peranan penting terkait fungsinya bagi pelestarian sumberdaya air, peredam banjir, mitigasi perubahan iklim, dan sebagai penyangga keanekaragaman hayati. Namun kondisi yang terjadi saat ini, berdasarkan penelitian yang dilakukan BPDAS tahun 2012 sudah jauh berbeda.

Diki Kurniawan, Direktur KKI WARSI mengatakan dari data yang didapat, hal ini perlu diadakan perbaikan ekosistem gambut secara keseluruhan terutama pada lahan yang termasuk kriteria kritis dan sangat kritis. "Cara bertani yang ramah lingkungan merupakan salah satu aspek dalam model CSA. Bentuk yang kita akan buat seperti model climate smart agriculture diantaranya adalah budidaya tanaman campuran dengan tanaman berumur pendek, sedang dan panjang seperti perpaduan tanaman hortikultura /sayur, merica, pinang dan kopi liberika tungkal komposit.” jelasnya.

Tentunya dalam peningkatan kualitas hasil pertanian melalui teknik pembibitan okulasi dengan tanaman unggulan serta adanya peningkatan kapasitas teknik budidaya pertanian, juga berimbas pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penyelamatan lahan gambut. "Itu kan bisa menambahkan peningkatan kesejahteraan masyarakat," tandasnya.

Senada dengan itu, Fahmuddin Agus dari Balai Penelitian Tanah, Kementerian Pertanian menyebutkan pertanian di lahan gambut harus hati-hati dan memperhatikan kaidah konservasi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pertanian di lahan gambut terutama adalah drainase dan tidak membakar dalam membuka lahan.

"Drainase yang disarankan harus dangkal, sebaiknya tidak boleh lebih dari 50 cm. Tidak hanya itu, mengubah kebiasaan membakar dalam pembukaan lahan juga harus diperhatikan. Ini dikarenakan kondisi kawasan gambut yang mudah terbakar,” tandasnya.


Sumber : Jambi Ekspres

Berita Terkait



add images