iklan
Mahasiswa adalah status yang tertinggi untuk jenjang pendidikan. Salah satu nikmat yang harus syukuri adalah kesempatan untuk menuntut ilmu, hingga ke tingkat perguruan tinggi dan menyandang predikat sebagai MAHAsiswa.

Setiap tahun jumlah lulusan SMA di Indonesia yang ingin meneruskan jenjang ke perguruan tinggi sudah semakin bertambah. Meskipun jumlah perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta juga semakin banyak, namun perbandingannya tidak seimbang. Sehingga persaingan untuk memperoleh kursi di perguruan tinggi terutama perguruan tinggi negeri sudah semakin sulit dari tahun ke tahun.

Menurut hasil survei Xpresi Jambi Ekspres tentang lulusan SMA, ternyata 54,5% responden masih bingung dalam menentukan pilihan perguruan tinggi yang diminati.

Ada ada tiga faktor pendorong yang bisa membantu dalam menentukan pilihan tempat kuliah (perguruan tinggi) dan program studi. Faktor-faktor pendorong tersebut di antaranya adalah  pilihan orang tua, ikutan teman atau pacar (gengsi), dan pilihan sendiri.

Ada sebuah pertanyaan, mengapa kuliah? karena banyak orang kuliah dengan tujuan yang praktis, yaitu supaya nantinya bisa mendapatkan pekerjaan yang layak atau ada juga yang memiliki tujuan ideal bahwa kuliah itu gunanya untuk menambah wawasan dan llmu yang lebih luas sehingga bisa tahu mengenai banyak hal.

Tidak bisa dimungkiri juga bahwa menimba ilmu di perguruan tinggi juga dapat memperlebar kesempatan untuk bisa terjun dalam dunia kerja. Kini, semakin banyak perusahaan yang mensyaratkan karyawannya terutama di level manajemen, telah berpendidikan minimal sarjana (S1).

Memang ada beberapa pengusaha yang tidak mencicipi bangku kuliah, namun tetap bisa sukses dengan modal keuletan yang dimilikinya hingga mampu mengembangkan usahanya. Tetapi, tidak sedikit juga pengusaha yang berhasil mengembangkan usahanya justru karena mereka belajar di perguruan tinggi.

Menurut penulis, bangga menjadi mahasiswa artinya adalah sang mahasiswa berharap ada perubahan pada eksistensi diri di masa depan agar menjadi lebih baik di karir dan tentunya kesejahteraan. Eksistensi diri tersebut adalah pendidikan karakter dan soft skill. Pendidikan karakter terkait dengan moralitas dan kepribadian di dalam ranah kehidupan yang lebih luas, sementara soft skill diidentikkan dengan nilai, kebiasaan, cara pandang dalam dunia kerja.

Menghadapi tantangan perubahan zaman, termasuk dunia kerja yang hiperdinamis. Individu yang dicari adalah mampu beradaptasi terhadap perubahan, selalu siap untuk memecahkan masalah, kreatif, inovatif dan kritis, serta bertanggung jawab.

Semoga, baik secara sengaja dan terencana, pemerintah, perguruan tinggi, dunia usaha, sudah harus memikirkan bagaimana mengembangkan lulusan perguruan tinggi dengan orientasi entrepreneurship/kewirausahaan.


*) Penulis adalah pemimpin redaksi jambiupdate.com dan tim litbang Jambi Ekspres.

Berita Terkait



add images