iklan
BANYAK yang bertanya-tanya, mengapa negeri yang ‘bak tetesan surgawi’ ini, rakyatnya tidak sedikit yang miskin dan merana ?. Tanahnya subur dengan aneka tanaman yang tumbuh diatasnya, memiliki berbagai tambang termasuk emas dan minyak, yang tak habis-habis meski telah dieksploitasi puluhan tahun.Lautnya luas dengan kekayaan yang melimpah,namun nasib rakyatnya banyak yang masih sengsara dan melarat.Sementara negaranya terbelit hutang yang menggunung.Mengapa kekayaan melimpah ini tidak mendatangkan berkah kepada penduduknya ?.

Bila kita mengkaji al-Qur’an, terdapat jawaban yang jelas mengapa realitas itu terjadi. Banyak ayat al-Qur’an yang menyatakan bahwa realitas itu terjadi karena ulah manusia sendiri. Yakni penolakan mereka terhadap Syariah Allah sebagai sistem bagi kehidupan manusia, baik secara individual maupun secara komunal. Dalam al-Qur’an surah al-A’raf ayat 96 misalnya ditegaskan,”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.

Masa depan Indonesia yang penduduknya mayoritas beragama Islam, jika ingin lebih baik dan berkah/barakah seperti yang telah dijanjikan Allah SWT dalam al-Qur’an akan tercapai selama masyarakatnya beriman dan bertakwa. Artinya, bersungguh-sungguh memiliki komitmen keimanan kepada Allah SWT dan juga memiliki komitmen melakukan amal shalih yakni mengamalkan perintah Allah SWT di dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan negara. Sudah seharusnya kaum Muslim memegang komitmen seperti yang termaktub dalam surah al-A’raf ayat 96 itu.

Dalam ayat itu, Allah SWT memastikan bangsa ini akan mendapatkan barakah karena menerapkan syariah. Namun bila komitmen ini dilanggar, bangsa Insdonesia ini ke depannya akan mendapatkan siksa dari Allah SWT.Jadi hanya dengan menerapkan syariah yang bisa menyelematkan bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam.

Firman Allah diatas memberikan pemahaman amat penting, bahwa sikap terhadap syariah itu amat menentukan nasib manusia. Apabila syariah itu diterapkan dan ditaati, bukan hanya mendatangkan pahala bagi pelakunya, namun juga berkah. Sebaliknya, ketika syariah ditolak untuk diterapkan, akan mengundang murka Allah SWT. Berbagai kenikmatan yang telah diberikan juga akan dicabut, sehingga tidak mendatangkan berkah kepada seluruh negeri.

Bertolak dari itu, kita bisa menyimpulkan mengapa kondisi memprihatinkan sebagaimana diungkap di muka terjadi di negeri ini. Di negeri yang penduduknya mayoritas Muslim ini syariah tidak dijadikan sebagai sistem untuk mengatur kehidupan. Sebaliknya yang diterapkan justru sistem sekuler-liberal. Dalam sistem sekuler,meskipun agama diakui, akan tetapi tidak boleh mengatur aspek politik, ekonomi, pendidikan, peradilan, dan sebagainya. Sistem inilah yang mengakibatkan aneka masalah dalam kehidupan, termasuk kemiskinan yang kian parah dan korupsi juga makin menggila.

Dalam doktrin sistem ekonomi liberal, pemerintah hanya memerankan diri sebagai regulator dalam persaingan pasar bebas. Dengan alasan itu pula, pemerintah menyerahkan pengelolaan tambang-tambang migas, emas, perak, batubara dan lainnya yang depositnya melimpah terhadap swasta. Sebagai akibatnya, berbagai sumber daya alam yang oleh syariah ditetapkan sebagai milik publik (al-milkiyah al-‘ammah) itu kini dikuasai korporasi-korporasi asing. Korporasi-korporasi itulah yang menikmati berbagai kekayaan alam. Sementara pemerintah hanya mendapatkan sedikit royalty.

Oleh karena itu harus ada yang melakukan penyadaran di tengah-tengah masyarakat agar masyarakat mau terikat dengan syariah dan berusaha menjadikan Islam diterapkan menjadi satu sistem yang utuh. Kemudian dipahami, dipraktikkan, baik secara individu maupun amal jama’i, dengan cara dakwah dengan perkataan dan perbuatan. Ini akan menjadi momentum yang baik ke depannya meraih kekuasaan sehingga syariah dapat diterapkan oleh negara.Umat yang sadar akan hal itu saja yang akan memilih pemimpin yang memperjuangkan tegaknya syariah.

Proses itu diawali dengan gerakan akar rumput, kemudian meningkat menjadi gerakan menengah, sehingga akan mempengaruhi situasi politik. Nah, itulah yang disebut dengan dakwah dengan lisan, perbuatan dan risalah. Dakwah semacam ini sangat mungkin mengubah wajah Indonesia di masa yang akan datang. Proses ini berlangsung di luar institusi politik. Pendekatannya sebut saja dengan pendekatan kultural, edukatif, ekonomi. Pendekatan semacam ini sangat efektif. Itu semua merupakan pintu masuk bagaimana membangun Indonesia di masa depan dengan menerapkan syariah secara hakiki.

Dakwah menerapkan dan menegakkan syariah Allah ini merupakan upaya menyadarkan umat untuk konsisten dalam ikrarnya“Lailaaha Illallah”-Tiada tuhan selain Allah, yang konsekuensinya hanya aturan Allah-lah yang benar, haq dan adil. Dan ini merupakan kewajiban para Da’i dan Muballigh dalam rangka menyelamatkan akidah umat.

Perjuangan menuju tegaknya Islam memang tidak mudah. Banyak rintangannya. Karena itu kita tidak boleh berputus asa. Banyak sekali peluang yang masih terbuka. Dakwah harus terus digencarkan dan menyebar ke seluruh pelosok tanah air. Energi dakwah harus terus dipelihara. Dakwah tidak boleh kandas oleh tipuan-tipuan kekuasaan dan materi.

Jika syariah Allah diterapkan secara konsisten dalam semua aspek kehidupan, insya Allah negeri kita tercinta ini akan mendapat berkah, baik yang datangnya dari langit maupun dari bumi ini. Semoga.

* Penulis adalah  Muballgih di Kuala Tungkal.

Berita Terkait