iklan

Salam Kesepuluh Ramadhan!

Menurut Ibnul Qayyim "Hati yang mati adalah hati yang tidak memiiki rasa malu". Maka itu malu berasal dari kata "Hayyah" yang bermakna hidup. Berkembangnya peradaban dari tradisional menuju kontemporer, terbelakang menjadi terdepan dikarenakan adanya kompetisi hidup yang ditanamkan terhadap diri, bahwa malu kalau menjadi orang atau suatu masyarakat dan bangsa yang tertinggal apalagi terbelakang.

Secara populer malu adalah kepemilikan sebuah sikap yang sangat sensitif terhadap hal-hal yang menyimpang, mencurangi, mendzalimi, memelas, menculas, tertinggal dari orang lain, hingga muka tembok. Artinya malu hampir meliputi semua hidup kita yang terburuk, tebelakang, tertinggal, kinerja yang buruk, prestasi yang rendah, tidak bermakna dan tidak bernilai.

Dalam sejarah masyarakat Islam pernah ada zaman keemasan, itu terjadi juga disebabkan karena sebelumnya telah sekian lama hidup dalam zaman jahiliah dan keterbelakangan dalam berpikir dan ber-keadaban. Sehingga lahirnya zaman keemasan yang dikenal dengan "peradaban emas" yang telah berlangsung dalam sejarah peradaban Islam.

Sejarah dunia menunjukkan, masyarakat dan bangsa yang besar adalah mereka yang malu tertinggal dari masyarakat dan bangsa lain, contohnya Jepang ketika kalah diperang dunia II, mereka sangat malu dengan dunia, sehingga dengan segala daya dan upaya mereka melakukan "restorasi" perubahan yang cepat dengan melakukan konsolidasi total, sehingga dengan cepat juga bangkit bahkan mengungguli bangsa-bangsa dan negara di dunia.

Masyarakat dan bangsa yang tidak maju2 dan tidak bangkit-bangkit boleh dikatakan masyarakat dan bangsa yang tidak punya malu, tidak punya nyali melakukan kebangkitan diri, sehingga selalu tertinggal dan terbelakang "selamanya". Demikian juga kalau dinisbahkan kepada pribadi, mereka yang tidak mau bangkit dari kinerjanya yang buruk, prestasi yang rendah, melakukan berbagai penyimpangan, kedzaliman, korupsi, berbagai kemungkaran, akal busuk yang merugikan orang lain, dan bermuka tembok baik secara tersembunyi atau terang2an, dapat dikategrikan tidak punya malu kepada diri, orang lain dan kepada Allah SWT.

Rasulullah pernah menyindir orang yang tidak punya malu ini dengan sangat tajam "jika engkau tidak punya malu, berbuatlah sesukamu" (HR. Ibnu Mas'ud). Maka itu dikatakan malu adalah bagian dari iman, malu adalah cabag dari keimanan seseorang. Islam mengajarkan akhlak yang mulia, dan akhlak yang tertinggi adalah malu.

Kalaulah negeri ini, rakyat dan pemimpinnya adalah orang2 yang pemalu, tentulah setiap pribadi akan bangkit dengan kemuliaan dan prestasi yang membanggakan dalam semua lini kehidupan. Dia akan malu curang, malu mencuri, malu bodoh, malu tertinggal, malu tidak berprestasi, malu terbelakang, malu studi tidak selesai, malu kinerjanya buruk.

Ada yang tidak boleh kita malu, kata Rasulullah "menutut ilmu". Karena ilmulah yang akan menghidupkan setiap diri, yang kemudian menghidupkan keluarga, masyarakat dan bangsa. Ilmulah yang dapat menghidupkan hati yang mati, hati yang "tidak punya rasa malu". Salam.

Penulis adalah guru besar IAIN STS Jambi

Berita Terkait



add images