iklan
Al-Qur’an secara etimologi (bahasa) bermakna bacaan dan secara istilah adalah kalamullah yang diturunkan kepada Rasulullah SAW lewat perantara malaikat jibril. Lamanya turun Alqur’an selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Al-Qur’an adalah sumber ilmu bagi kaum muslimin yang merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal, baik aqidah, ibadah, etika, mu’amalah dan sebagainya. “…Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”.(Q.S.An-Nahl:89).

Namun dalam kenyataan hidup sehari-hari Al-qur’an bukanlah menjadi rujukan utama. Banyaknya masalah terjadi saat ini seperti tawuran antar pelajar/mahasiswa, demontrasi yang berujung anarkis, beragam konfliks sosial. Nilai-nilai Alquran sendiri bisa kita lihat dari sikap suri teladan kita yakni Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits disebutkan “Bagaimanakah pribadi Rasulullah, Pribadi beliau adalah Al qur’an”. Dalam menghadapi masalah yang terjadi pada kala itu Rasulullah tidak memakai cara kekerasan seperti yang kerap terjadi saat ini.

Di dalam sebuah buku, karangan Dr Ar-Ruhaili yang penulis kutip dari tulisan Ustadz Fathul Bari Mat Jahya berjudul Qawa’id al-Muhimmah fil Amri bil Ma’ruf wan Nahya ‘anil Munkar Fi Dhau’il Kitaabi was Sunnah (Kaedah-kaedah Penting Dalam Amar Ma’ruf Nahi Munkar Mengikut Al-Quran dan As-Sunnah), disusun empat peringkat cara menegur dan menyelesaikan masalah dengan manusia, yakni :

Pertama : Lembutkan Perkataanmu. Dalam sebuah hadis yang masyhur, apabila datang kepada Nabi orang Yahudi yang mengucapkan “As-saam ‘alaikum” (celaka ke atas kamu), Aisyah berkata “Laknat Allah kembali ke atas kamu.” Kata Nabi sallallahu’alaihi wasallam, “Ya Aisyah, innallaha yuhibbu ar-rifqa fil amri kul” (sesungguhnya Allah menyukai kelembutan di dalam semua urusan). Kemudian Nabi sallallahu’alaihi wasallam membalas kembali ucapan Yahudi tersebut, “wa’alaikum” (dan ke atasmu juga). Beliau mengucapkan dengan lembut perkataan itu walaupun maksudnya menikam dan tidak menggunakan perkataan celaka dan laknat.

Kedua :Takutkan atas ancaman Allah. Dalam hal ini penyampaian yang digunakan masih lembut tetapi menakut-nakutkan mereka dengan azab ALLAH Subhanahu wa Ta’ala, sebgaimana Luqman Al-Hakim menasihati anaknya, “Apabila Luqman berkata kepada anaknya dan dia menasihatinya, ‘Wahai anakku, janganlah engkau syirik kepada ALLAH, sesungguhnya syirik itu merupakan kezaliman yang sangat besar.” (Q.S.Luqman:13). Mulailah dengan kalimat panggilan yang indah seperti wahai anakku, kemudian lanjutkan dengan kalimat yang menjelasakan betapa bahayanya perbuatan tersebut.

Ketiga : Tegas. Apabila ada di kalangan para sahabat yang banyak bertanya ataupun yang sudah dijelaskan akan haramnya sesuatu tetapi mereka masih bertanya, Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam tegas dalam hal ini.

Keempat : Perangi. Ini dilakukan oleh Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bagi orang-orang yang tidak turut serta dalam peperangan. Dikisahakann dua orang sahabat Nabi mengikat diri mereka di tiang Masjid Nabawi karena insaf dan bertaubat setelah Nabi tidak menegur mereka dengan cara tidak peduli dan tidak menjawab salam mereka. Beliau melakukan ini adalah untuk mendidik dan mengajar mereka. Ada hadis Nabi yang mengatakan, “Tidak halal bagi seorang Muslim itu tidak menyapa saudaranya lebih daripada tiga hari.”

Dari paparan diatas sangat jelas sekali bagaimana sikap lembut Rasulullah menghadapi berbagai persoalan dan untuk sikap tegas dan “perang” merupakan langkah terakhir yang ia lakukan. Kembali jika kita melihat realitas saat ini. Dimana ada sebuah ormas Islam yang men-sweeping tempat-tempat hiburan, karaoke, dan  panti pijat yang masih tetap buka di siang bulan puasa yang mengakibatkan tewasnya warga. Jika dilihat niatnya sangat bagus (amar ma’ruf nahi munkar) tapi dalam pelaksanaan di lapangan sikap mereka mesti dirubah. Disisi lain terjadinya anarkisme tersebut bukan semata-mata salah mereka. Hendaknya kepada pihak pengusaha yang memiliki tempat-tempat tersebut dengan “legowo” menutupnya.  Wallahu’alam

(Penulis adalah Mahasiswi Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam IAIN STS Jambi, Pendiri Rumah Baca Duku Anjabi (Dunia Buku Anak Jambi), Anggota Forum Pemuda Remaja Jambi (FPRJ), Penyiar Radio, Twittter : @Tridai Sepitri)



Berita Terkait



add images