iklan
Siapa Pendusta Agama Itu ?

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?Maka itulah orang yang menghardik anak yatim,dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya,yang berbuat ria,dan enggan (memberikan) bantuan.(QS.Al-Maun (107):1-7).

KH.Ahmad Dahlan pendiri parsyarikatan Muhammadiyah ketika mengajar murid muridnya tentang surat Al Maun ini, berhari hari sampai muridnya merasa bosan dan mempertanyakan mengapa Kiai A Dahlan mengulang-ulang tidak segera pindah ke materi lain. Menjawab pertanyaan tersebut, Kiai Dahlan balik bertanya :”Apakah kalian sudah mengerti dan paham dengan surat ini ? Apakah sudah mempraktikkannya ? Selanjutnya Kiai Dahlan menyuruh mencari beberapa anak yatim dan orang miskin yang bias ditemui di tenggah tengah masyarakat. Kemudian diajaknya ke tempat perguruan,  dimandikan dan dikasih makan, bahkan disuapi.    

Pertanyaannya, bagaimana kita sekarang ini. Apakah kita bias menangkap pesan yang ada di surat Al Maun tersebut,terutama bagi warga muhammadiyah. Apa yang dilakukan KH Ahmad Dahlan 100th lalu konsisten dilakukan ? Apalagi dalam bulan Ramadhan ini kita mengasah bathin kita agar sensitive terhadap lingkungan, rasa kebersamaan terhadap sesama. Dua belas jam selama bulan ramadhankita di latih untuk menahan lapar dan haus. Tentunya kita bias membayangkan bagi sebahagian masyarakat miskin yang susah penghidupanya. Kadang makan kadang tidak. Dalam bulan Ramadhan ini selain dari ibadah ibadah lainnya kita juga di anjurkan memperbanyak sedakah/infak untuk orang orang yang tidak mampu. Dalam rezeki yang sampai ketangan kita ada hak orang lain, yaitu haknya anak yatim dan fakir miskin. Dalam Al Quran ada 18 ayat yang berbicara tentang anak yatim, 4 ayat berbicara tentang miskin. Kemudian di tegaskan lagi pada QS Al-Baqarah (2): 273; “berinfaklah kepada  orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalanAllah;mereka tidak dapat(berusaha) di muka bumi; orang orang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari meminta minta. Kamu kenal mereka dengan melihat-lihat sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak.Apapunharta yang baik yang kamuinfakkan, sungguh  Allah MahaMengetahui “

Adakalanya diantara kita, rajin shalatnya, rajin puasanya, bahkan sempat pergi ke Mekah beberapa kali, tapi kepeduliannya terhadap sesame sangat kurang sekali, inilah yang termasuk Pendusta Agama. Inilah yang dimaksud dengan kalimat “celakalahbagi orang yang shalat”. Apalagi di tambah dengan sikap ria dan enggan memberikan bantuan.
Ingat kepada Allah itu hanya ketika di Masjid/sajadah. Dalam Masjid berTakbir dengan khusuknya, keluar dari masjid malah Takabur yang terjadi.Shalatnya tidak di kerjakan sungguh sungguh, tidak timbul dari kesadarannya, Sebagai hamba Allah sudah sewajarnya memperhambakan diri kepada Allah, dan mengerjakan sembahyang sesuai dengan sebagaimana di perintahkan Allah melalui perantaraan Nabinya. Ada juga sementarakita, dalam beramal, kadang bermuka manis kepada anak yatim, menganjurkanmemberimakankepada fakir miskin. Kelihatan khusuk sembahyangnya, tapi semua itu dilakukan ingin dilihat dan ketahui orang, ingin dipuji lantaran perbuatan baiknya itu..

Buya Hamka dalam tafsir Al Azhar mengatakan, 7 ayat ini di turun di Madinah, untuk menghardik orang orang munafik pada masa itu, yang sorak sorainya keras, padahal sakunya di jahit. Tapi surat ini menjadi cemeti terus menerus bagi ummat Muhammad. Sebab kian lama kian nampaklah orang orang yang seperti ini perangainya dalam pergaulan masyarakat Islam. Tentunya kita tidak ingin jadi Pendusta Agama. Apa yang dilakukan KH Ahmad Dahlan 100th yang lalu,dapat dijadikan contoh. Hendaknya kita tidak  sebatas fasih baca Al Quran, kita harus memahami pesan pesan apa yang terkandung dalam ayat ayat  Al Quran, tetapi juga kita harus mempraktikannya dalam pergaulan sesama ummat. Maka di harapkan beragama bukan sebatas simbol, bukan sebatas acara ceremonial keagamaan.
Tapi bagaimana implementasinya dalam pergaulan sesama ummat. Bahkan dengan alam dan machluk ciptaan Allah lainnya kita juga harus menyikapi dengan baik. Dalam memanfaatkan alam untuk kehidupan kita, harus menjaga keseimbangan dan keselarasan lingkungan. Kalau ada sebuah pohon yang rindang dijadikan tempat berterduh orang banyak,kita harus mempertimbangkan untuk menebangnya. Kalau hendak menyembelih hewan kurban kita harus menajamkan pisau untuk menyembelihnya supaya tidak terasa lama sakit oleh hewan yang kita sembelih. Maka ketika kita baca assalamualaikum sehabis shalat,bukanlah akhir dari ibadah, tapi merupakan awal dari ibadah sosial dengan melakukan kebajikan kebajikan yang di ridhai Allah.Itulah norma-norma agama untuk menuntun kita dalam pergaulan kita sesama ummat.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ada norma norma hukum, semangat Al Maun terkandung dalamnya. Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke dua antara lain di sebutkan “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa dst...”

Kemudian dalam pasal 34 UUD 1945 menyebutkan: (1).Fakir miskin dan anak anak terlantar di pelihara oleh negara.  (2).Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan  masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.(3).Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan umum  yang layak.

Tentunya yang dimaksud negara disini adalah Pemerintah bersama Rakyatnya. Artinya kita sebagai warga negara juga wajib membantu berjalannya pemerintahan sesuai dengan amanat UUD 1945. Sebagai warga negara selain hak hak yang dijamin oleh Negara, juga ada kewajiban warga negara terhadap negara sebagaimana tercantum dalam pasal 30 UUD 1945, disebut kewajiban untuk Bela Negara. Bela Negara bukan hanya ikut berperang, tapi menjalankan fungsi kita masing dengan sebaik baiknya sehingga bermanfaat untuk bangsa dan negara.

Bagi ummat muslim tentunya tidak ingin menjadi Pendusta Agama, sebagaimana peringatan dalam surat Al Maun. Selanjutnya dalam QS Qashash (28):ayat 77 Allah berfirman, “....dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu....”
Buya Hamka dalam tafsir Al Azhar, berbuat baiklah,nafkahkanlah rezki yang di anugerahkan Allah itu kepada jalan kebajikan. Niscaya jika enggkau mati kelak bekas amalmu untuk akhirat itu akan engkau dapati berlipat ganda disisi Allah.

Penulis :Anggota Komunitas PELANTA/Ketua STIE Muhammadiyah Jambi.

Berita Terkait



add images