iklan
MUARA BUNGO, Harga Kedelai di Kabupaten Bungo melejit dari Rp 6. 700 per kilogram, menjadi Rp 9. 800 per kilogram. Akibatnya, pengusaha tahu dan tempe dan pedagang menjerit. Pasalnya, mereka harus mengurangi produksi hingga 50 persen.

Yanto, salah seorang pengusaha tahu di Kabupaten Bungo, mengatakan, dampak dari melejitnya harga kedelai itu, mereka harus melakukan siasat. Salah satunya adalah dengan memperkecil ukuran tahu dari sebelumnya. “Untuk mengurangi kerugian, ada juga yang memperkecil ukuran tahunya,” imbuhnya.

Dirinya mengaku saat ini hanya memproduksi 25 kilogram kedelai. “Sebelum  harga kedelai naik, produksi tempe saya 50 kilogram. Tapi sekarang saya kurangi,” tambahnya.

Dia berharap ada penanganan yang serius dari pemerintah, mengenai harga kedelai yang terus meningkat dan selalu berulang-ulang dari tahun ke tahun.

Dar, yang juga pengusaha tahu juga mengaku bahwa kenaikan harga kedelai sudah dirasakan lebih kurang satu bulan terakhir. “Kenaikan harga sudah terjadi sejak habis lebaran. Minggu lalu saja harga perkilogramnya hanya Rp 9.200 dan tiba-tiba naik seperti saat ini,” tuturnya.

Atas kenaikan bahan baku tahu tempe tersebut, kedelai yang disuplai untuk bahan baku di tempat ia bekerja otomatis dikurangi. “Harganya aja udah naik Mas, masak ga dikurangi, yajelas kita kurangi,” ungkapnya.

Untuk menyiasati kerugian yang semakin parah, pihaknya mengubah ukuran. Ukuran tahu tempe pun menjadi lebih kecil. “Ukuran diperkecil,” tandasnya.

sumber : jambi ekspres

Berita Terkait