iklan DISKUSI: Peserta konvensi capres Partai Demokrat Pramono Edhi Wibowo di 
dampingi CEO Jambi Ekspres Sarkawi saat berdialog dengan kru redaksi 
Jambi Ekspres Group, Sabtu (21/12).
DISKUSI: Peserta konvensi capres Partai Demokrat Pramono Edhi Wibowo di dampingi CEO Jambi Ekspres Sarkawi saat berdialog dengan kru redaksi Jambi Ekspres Group, Sabtu (21/12).
Nama Pramono Edhie Wibowo memang belum sepopuler tokoh-tokoh politik senior di Indonesia. Maklum, selama ini Pramono lebih banyak mengabdikan dirinya menjadi prajurit TNI hingga mencapai posisi tertinggi menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad).

Baru pada tahun 2013 ini, Pramono memutuskan memasuki gelanggang politik setelah pensiun dari TNI dengan bergabung sebagai kader Partai Demokrat. Ia langsung ditunjuk menjadi salah satu anggota Dewan Pembina Partai Demokrat.

Saat kunjungan ke Graha Pena Jambi Ekspres, Sabtu (21/12), pria yang telah menghabiskan waktu 33 tahun 3 bulan di militer ini, sempat ditanyakan apakah ia disiapkan untuk menggantikan SBY jadi presiden, jawabannya tidak.

“Saya hanya ingin mengabdi jadi tentara, kalau sudah pensiun ingin jadi petani. Juga ditanyakan apakah akan jadi Ketum Demokrat, saya tetap katakan tidak dan saya ingin pensiun,” ceritanya.

Setelah pensiun ia tidak memiliki aktivitas, kecuali bersama istri dan anak-anaknya. Ia lakukan itu karena banyak hari-hari yang hilang pada saat jadi tentara. Misalnya, saat bertugas di Timor Timur, teman-temannya bisa 2 atau 3 kali, tetapi dirinya hingga 7 kali. Setiap bertugas di sana, bisa menghabiskan waktu minimal satu tahun.

Pramono Edhi Wibowo:
Sempat pulang dari Timor Timur, anak saya panggil saya om, itu cerita menarik tapi cukup menyakitkan. Itu kesedihan saya dan itu membekas dihati saya.

--batas--
“Setelah dihitung-hitung oleh istri paling lama saya di rumah itu sekitar 3 bulan. Jadi memang saya merasa kehilangan. Sempat pulang dari Timor Timur, anak saya panggil saya om, itu cerita menarik tapi cukup menyakitkan. Itu kesedihan saya dan itu membekas dihati saya. Akhirnya, rasanya saya harus lebih banyak memperhatikan keluarga,” ujarnya.

Setelah berhenti satu bulan dan tidak lagi aktiv di militer. Suatu saat ia mengaku dipanggil SBY dan ditanyakan apa saja kegiatannya. Juga ditanyakan, apakah tidak ingin bergabung ke partai politik, apakah tidak ada waktu tersisa selama pensiun.

“Kegiatan, ya saya atur jadwal sendiri, pokoknya happy saja. Saat ditanya itu, saya tanya istri. Kata istri dan anak saya silahkan asalkan jangan lupa keluarga. Jangan sampai politik menghabiskan waktumu. Justru istri saya persilahkan bergabung, katanya sedih karena saya sering lupa hari. Karena saya libur terus,” tuturnya.

Setelah bergabung ke Demokrat, kini Pramono Edhie Wibowo juga menjadi salah satu kandidat peserta Konvensi Partai Demokrat bersama 11 orang kandidat lainnya. Pramono Edhie Wibowo kini sudah memulai perjalanan karirnya di dunia politik. Ada banyak harapan yang disematkan kepadanya serta tantangan yang akan dihadapinya.

“Saat ditawari untuk ikut konvensi, saya tanya kepada banyak orang, apakah saya memenuhi persyaratan tidak, banyak orang menyarankan saya bisa. Akhirnya saya coba,” katanya.

Menurutnya, satu hal yang mendorongnya untuk masuk, karena merasa jadi tentara itu sudah diperas. Sempat diajak kongkalikong melakukan korupsi, ia berfikir kalau begitu terus-terusan tidak akan pernah maju.

“Itu yang mendorong saya untuk bergabung. Khususnya pembelian alusista, diajak kongkalikong, kalau mau misalnya saya dapat sekian dan sebagainya, menyakitkan. Mungkin melalui partai politik saya bisa memberikan sumbang saran, saya bukan satu-satunya penyelamat bangsa, tapi saya bisa menyumbangkan beberapa hal,” ungkapnya.
--batas--
Sedangkan untuk Cawapres yang bakal mendampinginya, ia tidak bisa menyebutkannya sekarang. Karena ini berkaitan dengan hasil Pemilu Legislativ. ”Hasil Pemilu Legislativ ini menentukan apakah Demokrat bisa mengajukan calon sendiri. Kalau tidak harus bergabung, bergabung dengan siapa. Gambaran perkembangan politik sangat mencair dan mudah berubah,” sebutnya.

“Jadi dalam hal ini kira-kira siapa wakilnya, banyak yang memenuhi persyaratan tapi belum bisa saya katakan. Karena sangat berpengaruh dengan hasil Pemilu Legislativ, berapa capaian Demokrat. Peserta konvensi belum ada yang siap menjadi cawapres, sekarang ini tugas peserta konvensi memperkenalkan diri sehingga kita dikenal masyarakat,” sambungnya.

Disinggung soal peserta konvensi yang dianggap lawan berat, ia hanya menjawab diplomatis. Menurutnya, peserta konvensi ini berasal dari latarbelakang yang berbeda, jadi punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.

“Ada yang dari militer, duta besar, ada yang dari menteri, ada yang dari parlemen bahkan ada yang dari akademisi. Semua punya kelebihan masing-masing. Saya tidak bisa mengatakan saya lebih hebat dari yang lain. Semua lawan berat,” tukasnya.

Kemudian mengenai partai dan nama-nama yang sudah melakukan komunikasi dengan dirinya, diakuinya sudah banyak partai yang melakukan komunikasi, termasuk juga dari organisasi tertentu.

“Saya harus buka komunikasi dengan semua orang, namanya politik harus baik dengan semuanya. Komunikasi itu sudah lama saya lakukan, ada yang langsung dan ada yang tidak langsung. Memang belum semua, karena saya juga harus melihat jangan sampai komunikasi politik saya menjadi permasalahan untuk partai lain,” katanya.

Lantas bagaimana dengan Jokowi? “Belum, saya juga tidak mau merusak partai itu sendiri. Karena di sana (PDIP, red) masih ada pertanyaan siapa yang dicalonkan, kalau saya yang mengontek Jokowi rasanya kurang etis, tapi kalau Jokowi yang datang dengan saya masak saya tolak,” pungkasnya.

sumber: jambi ekspres

Berita Terkait



add images