iklan
MUARA TEBO, Konflik Suku Anak Dalam (SAD) dengan karyawan PT Tebo Indah (TI)  beberapa waktu lalau diketahui bukan dengan karywan PT TI, dimana awalanya sempat diberitakan dengan karywan PT TI. Konflik tersebut diketahui dengan masyarakat yang tidak diketahui asal usulnya. Hal tersebut  diungkapkan Sawawi oleh Humas PT TI kepada media ini, Jum’at (24/1).

Ia menceritakan kejadian pada hari Senin (21/1) sebanyak  8 orang warga SAD mendatangi kantor PT. TI dengan tujuan menunjukan surat kepemilikan tanah dari saudara Arfan. Karna surat tersebut berkaitan dengan lahan yang sudah dimusyawarahkan sebelumnya, pihak PT. TI mengarahkan warga SAD agar menjumpai Camat Tengah Ilir.

“Permasalahan surat kepemilikan tanah tersebut sudah kita selesaikan di kecamatan, makanya kedatanagan mereka (SAD-red) kita rekomendasikan ke pihak kecamatan,” kata Sawawi sambil menunjukan surat berita acara penyelesaian sengketa lahan antara Arfan dan warga Desa Penapalan tanggal 17 november 2013 lalu.

Hari berikutnya, warga SAD kembali mendatangi kantor PT. TI dengan tujuan yang sama dan langsung dimusyawarahkan bersama. Usai musyawarah, pihak PT. TI pergi meninggalkan lokasi musyawarah, ternyata terjadi insiden keributan antara warga SAD dengan masyarakat. Hari berikutnya, lanjut Sawawi, pihaknya mendapat kabar jika terjadi inseden penabrakan warga SAD dengan kendaraan yang disinyalir adalah milik PT. TI.
--batas--
“Insiden itu pun kami tidak tahu. Tiba-tiba saya mendapat kabar tentang insiden penabrakan warga SAD tersebut, dan mereka akan menyerang kantor PT TI. Takut ada aksi yang tidak diinginkan, masyarakat dan karyawan PT TI menjaga aset perusaan . Jumlahnya sekitar 500 orang dan ini diluar kontek kita,” jelasnya.

Dengan adanya persoalan ini Sawawi minta kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tebo dan aparat penegak hukum, segera menyelesaikan persoalan ini, supaya  para penanam modal (investor-red) tidak terganggu.  Karena selama tiga hari insiden warga SAD tersebut , selama itu juga aktifitas perusahaan terganggu.  “Sekitar 600 ton buah sawit dari hasil petani tidak bisa keluar. Belum lagi ratusan karyawa yang tidak bisa bekerja. Sampai sekarang pun pemerintah juga belum ada yang turun,” pungkasnya.

Sementara, Puad salah satu tokoh masyarakat Tebo mengatakan insiden yang terjadi kemarin adalah murni antara masyarakat dengan warga SAD. “Yang ribut kemarin adalah masyarakat dengan warga SAD, bahkan sebagian adalah ibu-ibu. Sebab mereka merasa emosi karena merasa tempat mereka bekerja diganggu. Sementara, mereka mengandalkan hidup dari hasil atau gaji perusahaan,” kata Puad.

sumber: jambi ekspres

Berita Terkait



add images