iklan Ilustrasi
Ilustrasi

JAMBIUPDATE.COM, JAMBI- Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak Provinsi Jambi, 9 Desember mendatang bakal menguji ketangguhan para kepala daerah incumbent. Setidaknya, ada empat kandidat kepala daerah incumbent yang berlaga di ring Pilkada kali ini. Diantaranya, mantan Gubernur Hasan Basri Agus (HBA). Lalu,  Bupati Batanghari  Sinwan, Walikota Sungai Penuh Asafri Jaya Bakri dan Bupati Bungo Sudirman Zaini.

Apakah mereka berpeluang mempertahankan kursinya atau tidak ? Pengamat Politik Jambi memiliki beragam pendapat.

Menurut pengamat politik Auri Adham Putro  peluang menang incumbent kata kuncinya, rasionalitas berpikir masyarakat. Terutama  pada saat menerima program-program pembangunan lima tahun terakhir. Pada saat itu, program yang tampak pada kedua kandidat yakni HBA adalah Samisake yang dinilai sangat menyentuh kepada masyarakat dengan menggunakan anggaran APBD Provinsi.

Kalau posisi sekarang HBA berpasangan dengan Edi Purwanto tentunya lebih diuntungkan dengan program seperti ini, ujarnya Senin (10/8) kemarin.

Sedangkan kompetitornya yakni Zumi Zola (ZZ) dan Fachrori Umar (FU) tidak dalam posisi seperti ini. Tapi yang menjadi perhatian adalah kedua kandidat ini juga mempunyai tekad untuk membangun Jambi lebih baik. Namun, kemenangan itu tentunya bisa diraih dengan catatan apabila kedua kandidat ini bisa mengemas program lima tahun terakhir.

Apabila kita baca dalam visi dan misi keduanya ingin melanjutkan Jambi emas jilid dua. Ini akan mejadi penopang untuk mencuri hati rakyat, jelasnya.

Pandangan serupa diberikannya untuk kabupaten Bungo. Menurutnya, dari kandidat yang akan bertarung tersebut dua diantaranya adalah incumbent yakni Sudirmam Zaini dan Mashuri. Peluang kemenangan keduanya justru terletak pada wakil yakni Adriansyah pendamping Sudirman Zaini dan Syafruddin Dwi Aprianto (SDA) sebagai wakil dari Mashuri.

Selanjutnya, untuk Kota Sungai penuh, Mahasiswa S3 Ilmu politik Universitas Indonesia (UI) ini menyebutkan peluang AJB justru lebih besar. Apalagi dengan jumlah masyarakat Kota sungai penuh sebesar 80 ribuan membuat ia semakin mudah untuk mempetakan kekuatan politiknya.

Lawan terberat dia adalah Herman Mukhtar dan Nuzran Joher. Posisi incumbent lebih diuntungkan karena sebagai kota yang baru masyarakat membutuhkan orang yang bisa melanjutkan ketimbang sosok baru, katanya.

Berikutnya, pandangan berbeda diberikannya untuk Pibup Batanghari. Menurutnya, justru di kabupaten ini incumbent, justru disebut tidak terlalu mendominasi dan leluasa. Itu disampaikan mengingat adanya duet pasangan Syahirsah dan Sofia Fattah.

Kita sama-sama tau bahwa untuk kondisi politik Batanghari 10 tahun terakhir itu pasangan Syahirsyah dan Abdul Fattah mempunyai kekuatan di tengah masyarakat, ucapnya.

Menurtya, walaupun Abdul Fattah dan Syahirsah tidak lagi sebagai pejabat dikabupaten tersebut, namun kekuatan real keduanya masih lebih kuat dibandingkan incumbent. Artinya peluang incumbent di batanghari lebih kecil dibandingkan lawannya, katanya

Sementara itu, pengamat Politik kaordinator LSI perwakilan Jambi, Edi Indrizal mengatakan selama ini yang berkembang dikalangan masyarakat memang peluang incumbent lebih besar dibandingkan dengan konpetitornya. Pandangan ini karena incumbent bisa memainkan kekuasaan yang dipegangnya.

Mereka berkuasa sehingga bisa mengkondisikan birokrasi, program, katanya.

Namun secara faktual, sebetulnya tidak ada jaminan incumbent ini bisa menang. Disejumlah tempat terbukti incumbent itu bisa tumbang misalnya di DKI Jakarta, Sumbar dan Riau. Artinya tidak ada jaminan incumbent ini bisa menang, apalagi konteks pilkada seperti sekarang sejumlah peraturan justru membatasi incumbent untuk untuk memanfaatkan fasilitas dengan tujuan kemenagannya, jelasnya.

Akan tetapi, tetap pada konsep awal yang paling menentukan kemenangan incumbent ini justru adalah adalah kepercayaan dan lebih pantas dari pesaingnya. Itu tentunya juga berlaku untuk pesaingnya ukurannya adalah apabila bisa dipercaya oleh pemilih dan lebih pantas dari incumbent.

Untuk incumbent modal mereka justru di program mereka. Sejauh mana kinerja mereka dirasakan oleh masyarakat, tapi tentu tidak bisa dengan slogan dan gambar saja, tuturnya.

Pengamat politik universitas andalas (unand) Padang ini juga menyebutkan jika poin ini bisa dikemas baik oleh incumbent ini tentu bisa menjadi kekuatan untuk kembali dipercaya oleh masyarakat. Secara umum ini juga berlaku untuk incumbent yang maju tiga kabupaten lainnya, terangnya.

Akan tetapi, jika kinerja meraka lima tahun sebelumnya tidak bisa diterima maka justru akan menjadi boomerang. Jika tidak dirasakan, justru sebaliknya akan menguntungkan kandidat lain. Intinya tidak ada jaminan incumbent bisa menang, tukasnya, (aiz/mg1)

 


Berita Terkait



add images