iklan Ilustrasi.
Ilustrasi.

JAMBIUPDATE.CO, BATAM - Badan Pusat Statistik baru saja merilis hasil survei biaya hidup 2012 di perkotaan Indonesia.

Ini adalah survei yang dilakukan dalam setiap 5 tahun dari 82 kota di 33 ibukota provinsi dan 49 kabupaten kota.

Biaya hidup terbesar adalah di Jakarta dengan Rp7,5 juta per rumah tangga per bulan. Disusul Jayapura sebesar Rp 6,93 juta per rumah tangga per bulan dan Ternate sebesar Rp 6,4 juta per rumah tangga per bulan.

Lalu bagaimana dengan Batam? Kota industri tersebut berada di urutan ke lima kota dengan biaya hidup tertinggi di Indonesia. Dimana untuk satu keluarga, membutuhkan uang sebesar Rp 6,3 juta per bulannya.

Sementara itu untuk biaya hidup terendah adalah Banyuwangi, Jawa Timur yakni sebesar Rp 3 juta per bulannya.

Kepala Badan Pusat Statistik Kepulauan Riau, Panusunan Siregar mengatakan salah satu faktor terbesar yang menyebabkan Batam masuk lima besar ialah kondisi geografis.

Sebagai daerah kepulauan, semua bahan logistik dibawa melalui jalur laut. Hal ini tentu saja mempengaruhi pada harga yang dibayarkan masyarakat ikut tinggi.

"Ketika suplay daerah tujuan terlambat, imbasnya langsung pada harga. Inilah konsekuensi daerah yang kondisi geografisnya kepulauan. Hampir 95 persen, Batam dipengaruhi kondisi geografis," kata Panusunan, Rabu (19/7).

Dia mencontohkan, kenapa Papua masuk dua besar biaya tertinggi di Indonesia. Kondisi geografislah penyebabnya, hampir semua logistik dibawa melalui jalur udara, karena tidak adanya jalur darat yang memadai disana.

"Tak mengherankan ketika satu karung semen dijual Rp 1 jutaan, karena dibawa lewat pesawat," tuturnya.

Ditambahkannya, sisi konsumsi sehari-hari juga menyebabkan Batam masuk masuk dalam kota dengan biaya hidup tertinggi. Hampir 95 persen kebutuhan masyarakat Batam didatangkan dari luar daerah.

"Sebagai kota industri, itu sebabnya harga manufaktur lebih rendah. Sedangkan kebutuhan lebih mahal dibanding daerah lain," paparnya.

Selanjutnya kata Panusunan, Batam bukanlah daerah penghasil kebutuhan sembilan bahan pokok. Kebanyakan didatangkan dari luar daerah Batam dan ini membutuhkan biaya tambahan transportasi.

Itulah mengapa harga sembako di Batam jauh lebih mahal dibanding daerah lain. Sementara kebutuhannya sendiri sangat tinggi.

"Yang paling dibutuhkan masyarakat miskin saat ini beras, memiliki andil 30 persen. Ketika beras langka dari luar daerah, harga menjadi tinggi. Selanjutnya rokok, bagi daerah pinggiran di Batam, rokok lebih diutamakan dari biaya sekolah anaknya. Itulah mengapa ketika distribusi terganggu, harga melambung," jelasnya.

Panusunan sendiri tetap yakin posisi Batam dilima besar akan tetap kokoh pada survei 2017-2022 nanti.

"Prediksi kita masih kategori tinggi. Itu makanya uang minimum kota (UMK) di Batam termasuk tinggi. Karena disesuaikan dengan biaya hidup yang juga tergolong tinggi," pungkasnya. (rng)


Berita Terkait



add images