JAMBIUPDATE.CO, JAMBI-Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi tahun 2018 diproyeksi tumbuh hingga 5,04 persen. Ini disampaikan oleh Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Jambi V Carlusa dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2017 dan High Level Meeting TPID kemarin (21/12).
Pada tahun 2018, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 4,64 5,04 (yoy), ujar Carlusa di Swissbell Hotel Jambi.
Tahun 2017 ini, adalah tahun pemulihan ekonomi global, dimana tahun ini menjadi tahun bangkitnya momentum pemulihan ekonomi global setelah menyentuh titik terendah pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016.
Berdasarkan asesmen atas data dan informasi triwulan III 2017 , perekonomian Jambi tumbuh sebesar 4,76 % (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 4,32 % yoy. Ini lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan awal kami dipenghujung tahun 2016 yaitu pada kisaran 4,95-5,45 %.
V Carlusa Kepala Bank Indonesia Perwakilan Jambi menerangkan, hal ini dampak dari pemulihan harga komoditas yang bersifat temporer akibat sentiment oversupply beberapa komoditas seperti karet dan CPO di pasaran internasional.
Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan cenderung lebih rendah dari pada perkiraan semula.
Tertahannya pertumbuhan di sektor pertanian, kehutanan dan perikanan mengakibatkan sektor perdagangan juga tumbuh terbatas.
Kedua sektor tersebut secara keseluruhan menjadi factor penghambat pertumbuhan ekonomi pada Triwulan III 2017 serta di tahun 2017 secara keseluruhan.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi Triwulan IV 2017 diperkirakan berada pada kisaran 4,74-5,14 persen (yoy), sedikit meningkat dibandingkan pertumbuhan ekonomi Triwulan sbeelumnya 4,76 % (yoy).
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih bersumber dari pertumbuhan sektor utama provinsi Jambi yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian , kehutanan dan perikanan serta sektor industry pengolahan.
Pertumbuhan pada sektor utama tersebut akan didorong oleh koreksi positif harga komoditas migas atas terkendalinya pasokan global terutama akibat pembatasn produksi oleh Opec dan Rusia, katanya.
Ia menambahkan, meningkatnya permintaan dan terganggunya produksi batu bara di sejumlah negera produsen seperti Tiongkok dan Autsralia menyebabkan harga batu bara berada pad alevel yang cukup tinggi.
Harga komoditas karet dan CPO juga terkoreksi positif seiring dengan sentiment global atas perkiraann ketersediaan pasokan komoditas karet yangmasih dibawah kebutuhan di tahun 2017 serta masih tingginya permintaan CPO dunia.
Carlusa juga menyampaikan terkait Inflasi di Provinsi Jambi pada Triwulan III 2017 tercatat sebesar 2,49 % (yoy), lebih rendah dari Triwulan sebelumnya 3,82 % (yoy). Sementara itu, inflasi Provinsi Jambi pada Triwulan IV 2017 diperkirakan dikisaran 2,01 2,41 % (yoy) menurun dibandingkan triwulan III 2017.
Penurunan inflsi tersebut utamanya disebabkan perkiraan lebih rendahnya harga beberapa komoditas pangan seperti cabai merah dan bawang merah diakhir tahun 2017 dibandingkan periode yang sama tahun 2016.
Ditengah tren pemulihan ekonomi yang terjadi, BI memandang perekonomian masih akan dihadapkan pada tantangan. Dari sisi global, tantangan berupa tren pengetatan kebijakan moneter di beberapa Negara maju, terutama kenaikan FFR dan pengurangan aset neraca The Fed yang telah dimulai bulan Oktober 2017.
Sedangkan dari sisi domestic, BI melihat pertumbuhan ekonomi 2017 masih menyiratkan beberapa permasalahan yang perlu mendapat perhatian bersama. Perekonomian domestic belum cukup responsive terhadap membaiknya ekonomi global pada tahun 2017.
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran didorong oleh meningkatnya pertumbuhan ekspor sedangkan dari sisi lapangan usaha didorong oleh sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan serta sektor industry pengolahan seiring perkiraan perbaikan harga komoditas migas, karet, dan CPO. Perbaikan harga juga diperkirakan akan didukung okeh perbaikan produksi komoditas migas, pertanian dan perkebunan, paparnya.
Sementara itu, inflasi akan berada dalam kisaran targetnya sebesar 3,5 plus minus 1 % 9yoy0 di tahun 2018, sejalan dengan komitmen Bank Indonesia mengarahkan inflasi sesuai dengan sasarannya.
Gubernur Jambi H. Zumi Zola Zulkifli, S.TP, MA, mengemukakan, Pemerintah Provinsi (Pemrov) Jambi telah berkomitmen untuk mengendalikan inflasi secara baik, salah satunya melalui dinas terkait secara rutin melakukan pemantauan harga setiap hari untuk memastikan bahwa pasokan barang ke pasar aman dan berjalan dengan lancar.
Saya sangat mengharapkan dengan adanya pertemuan High Level Meeting TPID ini, para Bupati/walikota agar dapat berperan aktif secara optimal dalam menjaga stabilitas harga di daerah masing-masing. Terus memonitoring perkembangan di pasar, distribusi pengiriman tidak terlambat, jika terjadi kenaikan harga segeralah lakukan operasi pasar dengan berkerjasama dengan Bulog, sambung Zola.
Sesuai arahan Bapak Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo, pada Rakernas Pengendalian Inflasi pada tanggal 27 Juli 2017 di Jakarta, Gubernur Zumi Zola menegaskan agar para gubernur maupun Bupati/walikota pertama, memperkuat upaya pengendalian harga di daerah, dengan cara memperkuat koordinasi dalam pengendalian harga yang terkait dengan faktor musiman maupun faktor infrastruktur.
Kedua, maksimalkan penggunaan APBD dalam mendorong pembangunan ekonomi dan pengendalian harga. Ketiga, mengamankan pasokan pangan melalui kerjasama dengan Bulog, guna menjamin ketersediaan dan keterjangkauan pangan bagi masyarakat.
Empat, memperkuat sistim informasi harga pangan strategis, dengan memperbarui informasi harga pangan yang akurat dan tepat waktu.
Untuk memperkuat peran TPID maka telah diluncurkan keputusan Presiden nomor 23 tahun 2017 tentang Tim Pengendalian Inflasi Nasional, dimana pada pasal 5 ayat 2 menyebutkan bahwa Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kabupaten/kota dipimpin langsung oleh Bupati/walikota, dengan wakil ketua pejabat kantor perwakilan Bank Indonesia, serta sekretaris dan anggota merupakan pimpinan OPD yang terkait dengan inflasi, lanjut Zola.
Zola menjelaskan, berbicara tentang inflasi, maka harus membenahi aspek produksi, aspek distribusi dan aspek konsumsi.
Pada aspek produksi, instansi teknis harus dapat menjamin bahwa panen komoditi pangan tidak mengalami hambatan seperti gagal panen, pada sisilain perlu terus diupayakan untuk memanfaatkan lahan tidur untuk dijadikan lahan pangan, jelas Zola.
Dikatakan Zola, kunci mengelola ekonomi baik di tingkat kabupaten, kota, provinsi maupun di tingkat nasional adalah pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Sebab itu, dia menekankan daerah dapat menjaga pertumbuhan ekonomi dan menekan inflasi ke tingkat yang rendah.
Inflasi bukan hanya disebabkan oleh kenaikan harga pangan semata, tetapi bisa juga faktor lain seperti, kenaikan harga tiket pesawat semasa liburan, kenaikan harga gas, kelakaan gas, untuk itu kepada pihak terkait seperti angkasa pura dan perusahan pihak lain dapat membantu pemerintah dalam mengatasi inflasi tersebut, pungkasnya. (yni)