iklan NAHAS: Pelari Belanda Madiea Ghafoor (tengah) saat berlomba di Kejuaraan Dunia Indoor di Arena Birmingham, Inggris, 2 Maret 2018. (FACUNDO ARRIZABALAGA/EPA-EFE )
NAHAS: Pelari Belanda Madiea Ghafoor (tengah) saat berlomba di Kejuaraan Dunia Indoor di Arena Birmingham, Inggris, 2 Maret 2018. (FACUNDO ARRIZABALAGA/EPA-EFE )

JAMBIUPDATE.CO, - Semangat Olimpian tampaknya berbanding terbalik dari apa yang diperlihatkan Madiea Ghafoor. Sprinter top Belanda yang pernah tampil di Olimpiade Rio 2016 itu, dibekuk kepolisian Jerman di daerah Elten, sekitar 27 kilometer dari kota Arnheim.

Penyebabnya, juara nasional Belanda nomor 400 meter 2018 tersebut kedapatan membawa 50 kilogram methamphetamine dan ekstasi di dalam mobilnya. Diperkirakan, obat-obatan terlarang tersebut bernilai EUR 2 juta atau sekitar Rp 31,17 miliar.

Saat melintasi Elten, Ghafoor melewati pemeriksaan rutin yang dijalankan kepolisian Jerman. Penangkapan atlet berusia 26 tahun itu berlangsung pada 18 Juni silam. Tetapi saat itu, otoritas kepolisian Jerman belum membeberkan siapa atlet yang tertangkap itu.

Baru pekan ini, polisi membuka identitas Ghafoor yang menjadi tersangka. Kejadian tersebut menjadi pukulan telak buat dunia olahraga Belanda. Itu menjadi skandal yang paling menyakitkan. Apalagi, Ghafoor merupakan atlet putri yang masuk dalam jajaran sprinter top Belanda.

Kami sangat terkejut, jika tuduhan itu benar adanya, itu artinya karir olahraganya berakhir, sebut pejabat olahraga Belanda dikutip RT.

Ghafoor bukanlah satu-satunya atlet yang terlibat skandal narkoba sepanjang pekan ini. Pelari cross country Skotlandia, Luke Traynor dinyatakan positif menggunakan obat-obatan terlarang kelas A, yakni kokain.

Saya telah membuat kesalahan bodoh dan saya sangat menyesal akan hal itu, tulis juara Manchester Half Marathon 2017 via Twitter.

Permintaan maaf pun tampaknya tidak cukup untuk menghindarkan Traynor dari kehancuran karirnya di dunia atletik.

Editor : Ainur Rohman

Reporter : nap/tom


Sumber: JP

Berita Terkait