iklan Tim ekspedisi yang terdiri dari APGI yang didukung Dinas Pariwisata Kota Sungai Penuh saat melakukan penulusuran benda bersejarah yang ada di Bukit Sitinjau Laut, Desa RKE, Kota Sungai Penuh.
Tim ekspedisi yang terdiri dari APGI yang didukung Dinas Pariwisata Kota Sungai Penuh saat melakukan penulusuran benda bersejarah yang ada di Bukit Sitinjau Laut, Desa RKE, Kota Sungai Penuh. (Gusnadi / Jambiupdate)

JAMBIUPDATE.CO, SUNGAIPENUH - Tim ekspedisi yang terdiri dari Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) yang didukung Dinas Pariwisata Kota Sungai Penuh beberapa hari lalu melakukan penulusuran benda bersejarah yang ada di Bukit Sitinjau Laut, wilayah Desa Renah Kayu Embun (RKE), Kota Sungai Penuh.

“Alhasil, berdasarkan petunjuk dari buku Tambo Kerinci, tim menemukan batu pipih yang diduga merupakan benda bersejarah,’’ aku anggota APGI Kerinci, Rangga.

Menurutnya, Ekspedisi Bukit Tinjau Laut telah dipersiapkan selama sebulan dimulai dari survey awal titik masuk, hingga persiapan perbekalan dan logistik. Ekspedisi ke Bukit Tinjau Laut, melibatkan Enam orang ekspeditor dari berbagai latar belakang yang memulai pendakian pada 7-9 Februari 2020.
"Meski tidak sesuai dengan yang diperkirakan dengan di peta, medan jalur banyak terjadi bekas longsoran namun tidak menjadi kendala karena masih ada beberapa jalur yang bisa dilewati," bebernya.

Dalam perjalanan, tim ekspeditor menemukan plat besi yang sudah berkarat dan tertancap di pohon bertuliskan BW yang menurut keterangan dari seorang peneliti sejarah bahwa BW adalah istilah pada zaman kolonial Belanda yang artinya Boschwessen (Hutan Lindung).

‘’Sedikit bergembira menemukan sesuatu di tengah hutan, yang membuktikan bahwa pernah ada manusia yang melewati jalan yang dibuka ini," ucapnya.

Setelah sesampai dipuncak sambungnya, mereka melakukan observasi disekitaran puncak mencoba menemukan sesuatu seperti yang tertulis di Tambo Kerinci 140. Dimana, mereka menemukan batu pipih yang tertanam dengan kedalaman 5-10 Cm dan mencoba mengali dan mengangkat batu tersebut dengan bantuan kayu batu yang cukup lebar.

"Apakah benar, adanya bekas peninggalan sejarah seperti yang tertulis di Tambo Kerinci. Karena perlu dilakukan penggalian, untuk melihat pola susunan batu. Atas temuan itu, kami mendorong agar Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sungai Penuh memiliki destinasi wisata petualangan," pungkasnya. (adi)


Berita Terkait



add images