iklan Ilustrasi.
Ilustrasi.

Bahkan ada perasaan waswas yang lain: apakah pelayan yang mengantarkan makanan itu masih ‘bersih’. Atau sudah pula membawa virus.

Sampai kemarin –setelah 10 hari dikarantina di atas laut– belum lagi 600 orang yang sudah diperiksa. Yang hasilnya: 135 orang sudah terjangkit virus.

Karantina itu masih akan 4 hari lagi. Lalu apa yang akan dilakukan? Jadikah tanggal 19 Februari nanti pengarantinaan itu diakhiri –dengan masih banyak penumpang yang belum diperiksa?

Jepang memang tidak mau ambil risiko: jangan sampai ada penularan virus ke penduduknya. Jepang adalah tuan rumah Olimpiade musim panas nanti. Jangan sampai Olimpiade itu batal karena virus.

Saya bayangkan hanya satu penumpang yang tidak stres di kapal itu. Yakni Gay Courter. Dia seorang novelis best seller. Salah satu bukunyi masuk nominasi hadiah Pulitzer. Usianyi 75 tahun. Dia ditemani suaminyi, Phil –dua tahun lebih tua darinyi. Sang suami juga seniman. Bidang film. Ia pembuat film dokumenter terkemuka di Amerika.

Kepada majalah Times, Courter mengatakan bahwa dia sudah menghubungi perusahaan asuransinyi. Untuk menyelamatkannyi.

Caranya pun sudah ditemukan: diterbangkan ke rumah sakit militer AS di Okinawa. Untuk dikarantina di sana.

Tapi pemerintah Jepang tidak setuju.

Courter dan suaminyi mengaku masih sehat. Selama 10 hari diisolasi di kamarnyi di atas kapal itu Courter menemukan pahlawan baru: chef yang mampu membuat kue coklat yang sangat lezat.

Courter sangat menikmati sajian coklat di kapal pesiar itu. Dalam berbagai bentuk pastry. Setiap saat. Dia bisa pilih mati kekenyangan coklat daripada terkena virus.

Selama dikarantina Courter tentu bisa terus sibuk: menulis novel. Kebetulan salah satu novelnyi dulu berjudul ‘Pembunuhan Misterius di Kapal Pesiar’.

Kini dia bisa menulis novel tanpa harus mengarang cerita.

Tepat di akhir karantina nanti setidaknya satu novel sudah bisa terbit. Harapan saya.

Pun seandainya dia sendiri akhirnya nanti terkena virus di kapal itu. Novelnya justru bisa kian laris.

Tapi kita semua tidak ada yang mau ada tragedi seperti itu. Setelah Tiongkok kini Diamond Princess lah ‘negara’ nomor dua terbanyak menderita Covid-19. Bukan Hongkong atau Natuna. (dahlan iskan)


Berita Terkait